Mengenal Tapering Off dan Dampaknya Bagi Perekonomian
Tapering bisa ciptakan kekacauan yang disebut taper tantrum
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), memiliki banyak cara untuk mengelola kesehatan ekonomi mereka masing-masing.
Salah satu caranya adalah dengan membeli asset backed security untuk mendorong pemulihan ekonomi. Ketika bank sentral membeli sekuritas dari bank-bank anggota mereka, maka uang itu akan kembali ke dalam perekonomian.
Pembelian aset seperti itu, bersama dengan mempertahankan suku bunga rendah disebut pelonggaran kuantitatif (QE).
Tetapi bank sentral tidak dapat selamanya membeli sekuritas dan memompa uang ke dalam perekonomian. Ketika mereka yakin ekonomi telah cukup pulih, mereka bergerak untuk mengurangi pembelian aset. Proses pengurangan inilah yang disebut tapering.
Baca Juga: Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?
1. Cara kerja tapering
Untuk memahami bagaimana tapering bekerja membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang QE. Ketika bank sentral menjaga suku bunga jangka pendek tetap rendah, hal itu mendorong peminjam individu dan bisnis untuk mengambil pinjaman. Hal ini akan mendorong kegiatan ekonomi. Pada saat yang sama, pembelian aset oleh bank sentral menyuntikkan uang ke dalam perekonomian.
Ketika mereka telah mencapai tujuan pemulihan ekonomi, bank sentral secara bertahap akan men-taper atau mengurangi pembelian aset mereka.
Tapering berdampak pada pasokan sekuritas tersebut dan tidak hanya dapat menggerakkan pasar obligasi di AS tetapi juga pasar saham di seluruh dunia.
Baca Juga: Ini Sejumlah Jurus Gubernur BI Antisipasi Tapering dari The Fed
Baca Juga: Waspadai Momok Taper Tantrum, Pemerintah Siapkan 'Sabuk Pengaman'