The Fed Diproyeksikan Masih Kerek Suku Bunga Tahun Ini
Suku bunga The Fed sudah naik 11 kali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Federal Reserve (The Fed) diprediksi masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak satu kali lagi di akhir tahun.
"Kami proyeksikan masih ada ruang untuk Fed Fund Rate (FFR) untuk menaikkan suku bunga acuannya 25 bps hingga akhir tahun," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Bank Mandiri, Senin (30/7/2023).
The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5 persen pada Rabu (26/7/2023). Dengan kenaikan tersebut, suku bunga FFR sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bps sejak Maret 2022.
"Kenaikan suku bunga The Fed telah diantisiapsi pasar untuk memastikan tingkat inflasi di US dan core inflation dapat diturunkan di level 2 persen," jelasnya.
Baca Juga: The Fed Naikkan Suku Bunga 0,25 Persen, Tertinggi dalam 16 Tahun!
Baca Juga: Top! Laba Bank Mandiri Melesat Jadi Rp25,2 Triliun di Semester I
1. BI masih tahan suku bunga acuan hingga akhir tahun
Sementara itu, Bank Indonesia diproyeksi masih akan pertahankan suku bunga acuannya pada level 5,75 persen hingga akhir tahun. Level suku bunga di 5,75 persen sudah bertahan selama 6 kali atau sejak Februari 2023.
"BI tahan suku bunga acuan, merupakan konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia, untuk memastikan inflasi dalam negeri tetap terkendali dan tingkat inflasi di Juni sebesar 3,52 persen," jelasnya.
Menurut Sigit, kebijakan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia menjadi pertimbangan Bank Mandiri untuk menetapkan suku bunga kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Di sisi lain, Bank Mandiri mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi Bank Mandiri tumbuh positif 8,47 persen year on year (yoy) dari Rp1.318,42 triliun di kuartal II 2022 menjadi Rp1.430,13 triliun di akhir kuartal II 2023.
Laju DPK ditopang oleh dana murah atau current account and saving account (CASA). Tabungan secara konsolidasi tumbuh 5,80 persen yoy menjadi Rp552,4 triliun dan giro secara konsolidasi melesat 21,2 persen yoy menjadi Rp497,6 triliun.