Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inflasi Inti: Pengertian dan Faktor yang Memperngaruhinya

Ilustrasi uang. (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Kata inflasi mungkin sudah tidak asing didengar, terutama belakangan ini ketika dunia dilanda pandemik. Namun bagaimana dengan inflasi inti? Apakah kamu memahami apa itu inflasi inti?

Untuk bisa membedakan dan memahami konteksnya, berikut ini penjelasan mengenai apa itu inflasi inti dan hal-hal yang mempengaruhinya.

1. Memahami inflasi inti

Pexels.com/ mali maeder

Sebelum mengetahui apa itu inflasi inti, terlebih dahulu harus memahami apa itu inflasi. Inflasi sendiri merupakan keadaan ketika harga barang atau jasa di suatu negara mengalami kenaikan secara kontinu.

Faktor terjadinya inflasi adalah ketidakseimbangan antara daya beli masyarakat dengan ketersediaan barang yang ada. Oleh sebab itu, inflasi bisa menjadi indikator kenaikan harga.

Menurut Bank Indonesia, inflasi inti didefinisikan sebagai komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental.

Sedangkan menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. IHK memiliki kepanjangan Indeks Harga Konsumen yang mengukur rata-rata perubahan harga dari waktu ke waktu yang konsumen bayar untuk sekeranjang barang dan jasa.

Inflasi inti adalah perubahan biaya barang dan jasa tetapi tidak termasuk biaya dari sektor makanan dan energi. Ukuran inflasi ini mengecualikan barang-barang ini karena harganya jauh lebih fluktuatif.

Ini paling sering dihitung menggunakan indeks harga konsumen (CPI), yang merupakan ukuran harga barang dan jasa. Pada dasarnya inflasi dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu inflasi inti dan inflasi noninti.

Inflasi inti adalah inflasi yang komponen di dalamnya cenderung tetap dan dipengaruhi faktor fundamental. Inflasi inti berpengaruh terhadap semua kenaikan harga barang dan jasa kecuali dalam sektor makanan dan energi. Jadi, sektor makanan dan energi tidak masuk hitungan dalam inflasi inti.

2. Faktor yang memengaruhi inflasi inti

Ilustrasi uang (pexels.com/Alexander Mils)

Menurut Bank Indonesia, terdapat tiga faktor fundamental yang memengaruhi inflasi inti, yaitu sebagai berikut.

  • Interaksi dalam permintaan dan penawaran.
  • Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
  • Lingkungan eksternal yang meliputi nilai tukar, harga komoditi internasional, dan inflasi mitra dagang.

3. Peran penting inflasi inti

ilustrasi uang (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Dalam perhitungan inflasi, mengukur inflasi inti dinilai sangat penting. Hal ini disebabkan karena inflasi inti merefleksikan hubungan antara harga barang dan jasa dengan pendapatan konsumen.

Apabila harga barang dan jasa stabil, pendapatan konsumen naik, maka daya beli juga akan naik. Sedangkan, apabila harga barang dan jasa naik, tapi pendapatan konsumen tidak, daya beli akan turun.

Inflasi dapat menyebabkan nilai uang atau pendapatan menurun dibandingkan dengan harga barang dan jasa dasar. Selain itu, apabila portofolio pada investasi dan harga rumah juga mengalami kenaikan, maka akan terjadi inflasi aset. Sehingga hal ini dapat memberikan uang tambahan bagi konsumen untuk dibelanjakan.

Inflasi inti diukur dengan CPI dan indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE). PCE mewakili harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen di Amerika Serikat  karena inflasi merupakan ukuran tren kenaikan harga. Namun The Federal Reserve lebih memilih PCE daripada CPI.

PCE merupakan metrik penting dalam menentukan inflasi. Namun, PCE inti dan CPI mungkin serupa, karena  keduanya membantu menentukan seberapa besar inflasi dalam perekonomian.

Metode lain untuk menghitung inflasi inti termasuk metode outlier, yang menghilangkan produk yang memiliki perubahan harga terbesar. Inflasi inti dianggap sebagai indikator inflasi jangka panjang yang mendasarinya.

4. Mengapa harga makanan dan energi tidak termasuk inflasi inti?

Pexels.com/Lukas

Inflasi inti merupakan perubahan biaya barang dan jasa tetapi tidak termasuk biaya dari sektor makanan dan energi. Harga makanan dan energi dikecualikan dari perhitungan ini karena harganya bisa terlalu fluktuatif atau berfluktuasi secara liar.

Inflasi inti penting karena digunakan untuk menentukan dampak kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen.

Makanan dan energi adalah kebutuhan pokok, yang berarti permintaan mereka tidak banyak berubah bahkan ketika harga naik. Misalnya, harga minyak mungkin naik dengan harga gas, tetapi kita masih perlu mengisi tangki untuk mengemudikan mobil. Demikian pula, kita tidak akan mendorong membeli bahan makanan hanya karena harga naik di toko.

Maka mengapa sektor makanan dan energi tidak masuk inflasi inti padahal hal tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia? Ini disebabkan karena sektor makanan dan energi dinilai memiliki kenaikan harga yang sangat fluktuatif. Perubahan harga yang fluktuatif akan membuat perhitungan inflasi menjadi kurang akurat.

Selain itu, minyak dan gas adalah komoditas dan diperdagangkan di bursa di mana para pedagang dapat membeli dan menjualnya. Makanan juga diperdagangkan termasuk gandum, dan jagung.

Spekulasi komoditas energi dan pangan menyebabkan volatilitas harga mereka, menyebabkan ayunan liar dalam angka inflasi. Misalnya, kekeringan dapat menyebabkan efek dramatis pada harga tanaman.

Efek pada inflasi bisa singkat, yang berarti mereka pada akhirnya mengoreksi diri mereka sendiri dan pasar kembali ke keadaan seimbang. Akibatnya, harga pangan dan energi untuk barang-barang tersebut dikeluarkan dari perhitungan inflasi inti.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Rinda Faradilla
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us