Jakarta, IDN Times- Nama Bank BTPN mungkin sudah tidak asing terdengar ditelinga kita, tapi taukah anda dahulu BTPN merupakan singkatan dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional, sebelum akhirnya sah merger dengan Bank Jepang pada awal tahun ini.
PT BTPN Tbk, semakin akrab terdengar ketika berhasil meluncurkan program layanan bank digital yakni Jenius. Untuk lebih mengenal bank buku tiga ini, IDN Times telah merangkum beberapa fakta menarik tentang BTPN yang harus kamu ketahui.
Lahirnya Bank Tabungan Pensiunan Nasional berawal dari pemikiran tujuh orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada 1958 di Bandung. Mereka kemudian mendirikan perkumpulan bank pegawai pensiunan militer yang kala itu dikenal dengan sebutan Bapemil.
Bapemil berstatus usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. Bank ini memiliki tujuan membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik angkatan bersenjata Republik Indonesia maupun sipil, yang waktu itu pada umumnya mereka sangat kesulitan bahkan banyak yang terjerat rentenir.
Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada 1986 para anggota perkumpulan Bapemil membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan izin usaha menyandang status Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha Bepemil.
Namun pada 1993, status BTPN diubah menjadi Bank Umum, keputusan itu dimuat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 22 Maret 1993. Perubahan status Bank BTPN telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, yang ditetapkan dalam surat Bank Indonesia No 26/5/UPBD/PBD2/Bd tanggal 22 April 1993.
Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum, Bank BTPN memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada nasabah umum, baik simpanan maupun pinjaman. Namun, aktivitas utama BTPN tetap mengkhususkan pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif, karena target market Bank BTPN adalah para pensiunan.
Selanjutnya pada 12 Maret 2008, Bank BTPN resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat itu, seluruh dana hasil Initial Public Offering (IPO) diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Hal itu dilakukan karena 28,39 persen saham yang dilepas merupakan milik PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kemudian pada 2018 anak usaha perseroan yakni PT Bank Tabungan Pensiunan Syariah Tbk, juga resmi melantai di BEI dengan kode saham BTPS.
Tidak cepat puas dengan bisnisnya, BTPN meluncurkan aplikasi keuangan berbasis digital yang dirancang khusus untuk membantu masyarakat dalam mengatur keuangan melalui ponsel pintar. Tak tanggung-tanggung, investasi yang dikeluarkan untuk membuat produk ini adalah sebesar Rp500 miliar.
Jenius sendiri, saat ini terhubung dengan ekosistem perbankan nasional dan sistem pembayaran internasional melalui kartu debit Visa. Jenius berkolaborasi dengan beberapa mitra antara lain GoJek, Spotify, BrightSpot, The Goods Dept, Indosat, XL, Telkomsel, elevania, DinoMarket dan Trafique Coffe.
Setelah lama beredar kabar rencana merger Bank BTPN dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, akhirnya pada Februari tahun ini (2019). Keduanya berhasil melakukan proses penggabungan, di mana bank kedua terbesar di Jepang tersebut resmi memiliki 96,89 persen saham BTPN.
Bank baru hasil merger tersebut menghapus nama Bank Tabungan Pensiunan Nasional menjadi Bank BTPN. Pascamerger, Bank BTPN menargetkan bisa naik kelas menjadi Bank Buku IV karena saat ini bank inimasih menjadi Bank Buku III.