Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-19 at 20.04.08.jpeg
Vice President INDODAX, Antony Kusuma. (Dok/Istimewa).

Intinya sih...

  • Investor ritel masih berhati-hati terhadap Bitcoin.

  • Indodax sebut prospek bitcoin masih cukup positif dalam jangka panjang.

  • Bitcoin tampil bukan hanya aset spekulatif tapi strategi diversifikasi portofolio global.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan harga Bitcoin kembali menunjukkan ketahanannya dengan menembus level 117 ribu dolar AS, menyusul keputusan Federal Reserve Amerika Serikat yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Pergerakan positif ini diperkuat oleh arus dana institusional melalui ETF, yang terus memberikan dukungan signifikan terhadap penguatan harga Bitcoin.

Per Jumat (19/9/2025) pagi, Bitcoin diperdagangkan di kisaran 117.182 dolar AS. Tantangan terdekat adalah mengubah level 117 ribu dolar AS menjadi support baru yang kuat. Jika level ini berhasil dipertahankan, pasar melihat peluang yang semakin besar bagi Bitcoin untuk menembus batas psikologis berikutnya di 120 ribu dolar AS.

Investasi kripto, terutama Bitcoin, kini tidak lagi hanya bergantung pada sentimen ritel. Saat ini, aset digital telah masuk dalam kerangka investasi institusi global. Arus masuk ke ETF menjadi bukti nyata bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai instrumen keuangan utama,” jelas Vice President INDODAX, Antony Kusuma dalam keterangan tertulis, Jumat (19/9/2025).

1. Investor ritel masih berhati-hati

Ilustrasi investasi bitcoin (freepik.com)

Meski demikian, menurut Antony, investor ritel masih menunjukkan sikap berhati-hati. Data on-chain mengindikasikan penurunan pada New Address Momentum, yang menandakan jumlah alamat baru yang masuk ke pasar semakin berkurang.

“Kehati-hatian ini wajar, mengingat volatilitas Bitcoin yang masih tinggi. Namun, justru aksi dari investor institusi menjadi fondasi utama dari reli harga kali ini,” tambahnya.

2. Indodax sebut prospek bitcoin masih cukup positif dalam jangka panjang

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Antony juga menyoroti pentingnya level psikologis 120 ribu dolar AS sebagai tonggak penting dalam pergerakan harga. Jika level ini berhasil ditembus, bukan hanya meningkatkan kepercayaan pasar, tetapi juga membuka peluang masuknya likuiditas baru dari institusi secara lebih masif. Di sisi lain, INDODAX menilai prospek jangka panjang Bitcoin tetap positif, terutama dalam konteks perubahan kebijakan moneter global.

“Kita harus melihat gambaran besar. Pemangkasan suku bunga merupakan sinyal bahwa likuiditas mulai mengalir kembali ke pasar. Dalam sejarahnya, kondisi seperti ini sering menjadi katalis bagi pertumbuhan aset digital,” ujarnya.

Ia menjelaskan sepanjang pekan ini, arus masuk dana ke ETF Bitcoin menunjukkan tren yang tetap positif, meskipun sempat melambat menjelang keputusan FOMC. Data ini memperkuat pandangan bahwa investor institusi cenderung tidak terpengaruh oleh gejolak jangka pendek.

“Institusi berinvestasi dengan visi jangka panjang, sementara investor ritel sering kali masih terjebak dalam pola fear and greed. Perbedaan perilaku ini turut menciptakan tren harga yang lebih stabil saat ini,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa fenomena ini memberikan pelajaran penting bagi investor kripto di Indonesia, khususnya bagi para pengguna INDODAX, situasi ini memberikan sinyal bahwa strategi akumulasi jangka panjang seperti Dollar-Cost Averaging (DCA) lebih relevan dibanding sekadar mengejar profit harian.

Jika tren arus masuk institusional terus berlanjut, pasar dinilai berpotensi melihat kapitalisasi pasar Bitcoin mendekati rekor tertingginya. Dampaknya juga akan dirasakan pada altcoin, meskipun secara historis pergerakan altcoin cenderung lebih volatil.

3. Bitcoin tampil bukan hanya hanya aset sepkulatif tapi strategi diversifikasi portofolio global

Vice President INDODAX, Antony Kusuma. (Dok/Istimewa).

Antony juga menyoroti konteks global yang semakin mendukung narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedge) di tengah ketidakpastian ekonomi makro.

“Bitcoin kini tampil bukan hanya sebagai aset spekulatif, tetapi juga bagian penting dari strategi diversifikasi portofolio global,” ujarnya.

INDODAX mencatat bahwa minat pengguna lokal tetap tinggi, dengan jumlah investor yang kini melampaui 9 juta. Sepanjang tahun ini saja, platform telah menambah hampir 2 juta anggota baru. Meskipun sebagian investor ritel masih menunggu konfirmasi tren jangka panjang, aktivitas transaksi di platform tetap stabil, mencerminkan adanya kepercayaan yang konsisten terhadap aset digital di Indonesia.

Antony menekankan bahwa kebijakan moneter global akan tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi arah pergerakan Bitcoin dalam beberapa bulan ke depan. “Pasar akan terus mencermati langkah The Fed selanjutnya. Jika tren pemangkasan suku bunga berlanjut, ruang pertumbuhan Bitcoin akan semakin terbuka.”

Ia juga menekankan pentingnya edukasi dan literasi keuangan bagi investor dan perlu perlu memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari dinamika Bitcoin. Dengan pemahaman yang tepat, risiko dapat dikelola dan peluang bisa dimaksimalkan.

“Kita sedang menyaksikan fase baru dalam perkembangan Bitcoin, di mana adopsi institusional memberikan landasan yang lebih kuat. Selama fundamentalnya tetap terjaga, saya yakin Bitcoin akan terus menjadi instrumen investasi yang relevan, tidak hanya hari ini, tetapi juga di masa mendatang," jelasnya.

Editorial Team