Ilustrasi Ethereum dan Bitcoin (freepik.com)
Perbedaan utama keduanya terletak pada mekanisme validasi transaksi. Bitcoin menggunakan sistem proof-of-work, sedangkan Ethereum beralih dari proof-of-work ke proof-of-stake pada 2022 untuk efisiensi energi dan kecepatan lebih baik.
Ethereum mampu memproses transaksi dalam hitungan detik, jauh lebih cepat dibandingkan bitcoin yang dapat memakan waktu hingga 10 menit.
Struktur biaya keduanya berbeda. Bitcoin mengenakan biaya berdasarkan jumlah transaksi yang bersifat opsional namun sebagai insentif agar transaksi diproses lebih cepat. Ethereum memberlakukan biaya dasar ditambah tip insentif, sehingga biaya transaksi Ethereum biasanya lebih tinggi, terutama saat jaringan sibuk.
Bitcoin dan Ethereum sama-sama menerapkan enkripsi dan sistem keamanan canggih. Bitcoin sulit diserang karena konsumsi energi jaringan yang besar, sedangkan Ethereum menggunakan sistem proof-of-stake yang mengharuskan pengguna mempertaruhkan koin mereka untuk menjaga keamanan jaringan.
Bitcoin lebih banyak digunakan sebagai aset investasi dan penyimpan nilai, sementara Ethereum juga berfungsi sebagai platform untuk berbagai aset digital seperti NFT dan aplikasi terdesentralisasi (dApps).
Bitcoin adalah pilihan populer bagi mereka yang mencari alternatif mata uang fiat dan stabilitas jangka panjang, walaupun volatilitas tetap ada. Ethereum menawarkan lebih banyak fungsi di luar sekadar mata uang digital, cocok bagi pengguna yang ingin eksplorasi teknologi blockchain dan berbagai aplikasi digital.
Baik bitcoin maupun ethereum telah mengalami kenaikan nilai yang signifikan sejak peluncurannya, namun keduanya masih tergolong eksperimen teknologi dengan risiko tertentu. Tidak ada otoritas sentral yang bisa dihubungi jika terjadi masalah, dan biaya transaksi bisa jauh lebih mahal dibandingkan metode pembayaran tradisional.