Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BSI). (dok. BSI)
Kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BSI). (dok. BSI)

Intinya sih...

  • Imbal hasil pemerintah dari penempatan dana di Bank capai 4,02 persen.

  • Dana Rp10 triliun akan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

  • Laba BSI hingga Juli 2025 capai Rp4,15 triliun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menerima alokasi dana sebesar Rp10 triliun dari program penempatan dana pemerintah di perbankan nasional. Langkah ini diharapkan memperkuat rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR) Perseroan, sekaligus mendorong peningkatan pembiayaan ke sektor-sektor produktif.

Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menyampaikan tambahan likuiditas ini akan memperkuat kapasitas BSI dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya ke sektor riil yang menjadi penggerak utama perekonomian nasional.

"Kebijakan ini dapat mengurangi tekanan terhadap likuiditas perbankan, dampak geopolitik global," tegasnya kepada IDN Times, Sabtu (13/9/2025).

1. Imbal hasil yang diterima pemerintah dari penempatan dana di Bank capai 4,02 persen

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyediakan uang tunai sebesar Rp42,88 triliun. (Dok/Istimewa).

Lebih lanjut, Anggoro menjelaskan penetapan imbal hasil sebesar 80,476 persen dari BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR) diharapkan dapat menjadi pemicu turunnya imbal hasil dana kelembagaan pemerintah di perbankan.

Dengan demikian, margin pembiayaan pun bisa ditekan, sehingga pembiayaan kepada masyarakat dan pelaku usaha menjadi lebih terjangkau.

Sebagai ilustrasi, saat ini BI 7-DRR berada di level 5 persen. Artinya, imbal hasil yang diterima pemerintah dari penempatan dana di bank sekitar 4,02 persen atau lebih rendah dibandingkan rata-rata bunga deposito berjangka tenor 6 bulan yang per Juli 2025 tercatat sebesar 6,07 persen.

2. Dana Rp10 triliun akan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan

Ilustrasi emas BSI. (Dok. Istimewa)

BSI menyatakan siap memanfaatkan dana ini secara optimal, seiring dengan perannya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Pembiayaan akan difokuskan pada sektor-sektor yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, seperti UMKM, industri halal, serta program-program strategis pemerintah.

"Sebagai bank yang mendapat amanah men-support program pemerintah seperti Koperasi Desa Merah Putih, penyaluran rumah bersubsidi, dan program Makan Bergizi Gratis, tentu dana ini akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan, sehingga dapat berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan," tegasnya.

3. Laba BSI hingga Juli 2025 capai Rp4,15 triliun

Ilustrasi cadangan devisa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Kinerja keuangan BSI sepanjang 7 bulan pertama tahun ini berhasil membukukan laba bersih Rp4,15 triliun per Juli 2025, tumbuh 5,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,93 triliun.

Pertumbuhan laba BSI ditopang oleh peningkatan signifikan pada sektor pembiayaan. Mengacu pada laporan keuangan bulanan, total pembiayaan BSI mencapai Rp294,92 triliun, meningkat 20,31 persen secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Rp245,49 triliun pada Juli 2024.

Kinerja pembiayaan yang agresif tersebut turut mendorong pendapatan setelah distribusi bagi hasil mencapai Rp11,21 triliun, atau naik 9,26 persen YoY dari posisi Rp10,25 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pendanaan, BSI juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hingga akhir Juli 2025 mencapai Rp327,70 triliun, naik 9,55 persen YoY.

"Sejauh ini kinerja BSI solid dan sustain. Hingga Juli 2025, BSI masih dapat menumbuhkan pembiayaan dobel digit," ungkapnya.

Editorial Team