5 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Pebisnis Baru, Hindari!

Intinya sih...
Mencampur uang pribadi dan bisnis dapat membuka celah kekacauan keuangan
Tidak mencatat arus kas secara rutin bisa membuatmu tidak tahu apakah bisnismu untung atau rugi
Menghabiskan modal untuk hal yang tidak penting bisa membuat modal habis sebelum bisnis memberikan hasil
Memulai bisnis memang penuh semangat dan harapan, tetapi juga penuh jebakan jika tidak disertai pengelolaan keuangan yang matang. Banyak pebisnis baru terlalu fokus pada operasional dan pemasaran, tapi melupakan satu hal penting: menjaga kesehatan finansial usaha. Padahal, kegagalan finansial adalah salah satu penyebab utama bisnis baru gulung tikar di tahun pertama.
Agar kamu tidak ikut terjebak di dalamnya, penting untuk memahami kesalahan-kesalahan keuangan yang sering dilakukan para pemula. Dengan mengenal dan menghindari lima kesalahan fatal berikut, kamu bisa membangun bisnis dengan fondasi yang lebih kokoh dan tahan banting dalam jangka panjang.
1. Mencampur uang pribadi dan uang bisnis
Banyak pebisnis baru merasa tidak perlu repot memisahkan uang pribadi dengan uang usaha, apalagi kalau bisnisnya masih kecil. Tapi kebiasaan ini justru membuka celah besar bagi kekacauan keuangan. Tanpa pemisahan yang jelas, kamu akan kesulitan mengetahui seberapa besar keuntungan bisnis yang sebenarnya, dan mudah tergoda memakai uang usaha untuk kebutuhan pribadi.
Lambat laun, kamu bisa kehilangan kendali atas arus kas dan membuat keputusan bisnis yang tidak berdasar data. Oleh karena itu, segera buat rekening bank khusus untuk bisnis, meskipun usaha kamu masih skala rumahan. Dengan begitu, setiap transaksi bisa dicatat secara rapi, dan kamu bisa lebih mudah menganalisis pertumbuhan bisnismu dengan objektif.
2. Tidak mencatat arus kas secara rutin
Tanpa pencatatan yang disiplin, kamu tidak akan pernah benar-benar tahu apakah bisnismu untung atau malah merugi. Banyak pebisnis pemula mengira usahanya lancar karena ada pemasukan terus, padahal di baliknya tersimpan utang, tunggakan pembayaran, atau biaya operasional yang belum dibayar. Akibatnya, keuangan bisnis terlihat sehat padahal rapuh di dalam.
Solusinya adalah membuat pencatatan arus kas secara rutin dan konsisten. Catat semua pemasukan dan pengeluaran setiap hari, sekecil apa pun nilainya. Kamu bisa menggunakan buku catatan sederhana, spreadsheet di laptop, atau aplikasi keuangan gratis yang tersedia di ponsel. Luangkan waktu setiap akhir minggu atau akhir bulan untuk mengevaluasi arus kas agar kamu bisa membuat keputusan bisnis yang lebih bijak.
3. Menghabiskan modal untuk hal yang tidak penting
Di awal menjalankan bisnis, semangat dan antusiasme kadang bisa menjerumuskan. Tidak sedikit pebisnis baru yang langsung membeli peralatan mahal, sewa tempat yang mewah, atau produksi barang dalam jumlah besar tanpa terlebih dulu mengenal pasar. Tanpa riset dan pertimbangan matang, modal bisa habis sebelum bisnis memberikan hasil.
Alih-alih membangun citra mewah sejak awal, lebih baik fokus pada kebutuhan inti. Apa saja yang benar-benar dibutuhkan agar bisnis bisa berjalan secara efektif? Mulailah dari skala kecil, lalu kembangkan secara bertahap seiring pendapatan meningkat. Cara ini lebih aman dan membuatmu lebih leluasa menyesuaikan strategi bisnis ke depan tanpa tekanan finansial.
4. Tidak memiliki dana darurat untuk bisnis
Sama seperti keuangan pribadi, bisnis juga sangat membutuhkan dana cadangan. Situasi tidak terduga bisa datang kapan saja—mulai dari turunnya penjualan, alat produksi rusak, hingga klien yang gagal bayar. Jika kamu tidak punya dana darurat, maka satu masalah kecil saja bisa mengganggu stabilitas usaha secara keseluruhan.
Agar tidak kelabakan di saat genting, sisihkan sebagian dari keuntungan bisnis untuk membangun dana darurat. Idealnya, alokasikan sekitar 10–20% dari profit ke rekening terpisah khusus untuk keperluan darurat. Jangan campur dengan operasional harian, dan gunakan hanya dalam kondisi yang benar-benar mendesak. Dana ini akan menjadi pelindung saat badai datang tanpa pemberitahuan.
5. Tidak menghitung harga jual dengan benar
Menentukan harga jual produk bukan sekadar meniru harga pasar atau menambahkan margin asal-asalan. Banyak pebisnis pemula keliru menghitung harga karena hanya melihat harga pokok produksi tanpa memperhitungkan biaya-biaya lain seperti pemasaran, ongkos kirim, biaya administrasi, bahkan waktu kerja mereka sendiri. Akibatnya, produk laku tapi bisnis tetap merugi.
Kamu perlu menyusun struktur harga jual yang realistis dan mencakup seluruh komponen biaya, baik langsung maupun tidak langsung. Pastikan harga jual bisa menutup semua beban dan tetap memberi margin yang cukup untuk pertumbuhan usaha. Jangan takut untuk menghargai waktu dan keahlianmu dalam proses ini, karena bisnis yang sehat bukan hanya soal volume penjualan, tapi juga soal keberlanjutan keuntungan.
Kesalahan finansial di awal bisnis bisa menjadi batu sandungan besar di kemudian hari. Dengan memahami dan menghindari lima kesalahan keuangan fatal ini, kamu bisa membangun bisnis yang tidak hanya semangat di awal, tapi juga kokoh dan tumbuh stabil dalam jangka panjang. Ingat, bisnis yang baik bukan hanya soal ide, tapi juga soal bagaimana kamu mengelola uang dengan cerdas.