Lo Kheng Hong Kasih Bocoran Tips hingga Preferensi Saham 2022!

Jakarta, IDN Times - Di bursa saham, terdapat beragam emiten, mulai dari yang konvensional, syariah, hingga saham asing. Di waktu-waktu tertentu, beberapa sektor emiten tersebut memegang prospek baik untuk menaikkan keuntungan saham.
Untuk mengetahui bagaimana sektor tersebut bisa memiliki prospek yang baik, tentu harus mengetahui kapan waktu yang baik dan tidak untuk berinvestasi.
Lo Kheng Hong, salah satu investor berpengalaman membagikan tips dan trik, rekomendasi dalam melakukan investasi, preferensi sektor, hingga beberapa fakta menarik tentang milenial di bursa saham pada 2022. Berikut fakta lengkapnya.
1. Prinsip "invest at bad time, sell at good time" ditekuni Lo Kheng Hong

Menurutnya, investasi yang baik adalah pada waktu dan kondisi yang buruk, seperti pada 2020 lalu saat IHSG berada di 3900 dan pandemik yang buruk. Nantinya, keuntungan pada tahun selanjutnya akan berlipat, di mana kondisi sudah kian membaik.
“Prinsip saya adalah selalu invest in bad time and sell in good time,” kata Lo Kheng Hong dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges-Arah Bisnis 2022: Momentum Kebangkitan Ekonomi, pada Rabu (14/12/2021).
“Orang yang investasi di tahun lalu, investasinya sudah naik berlipat. Tapi, tentu saja kita mengharapkan tahun 2022 menjadi tahun yang lebih baik,” kata dia.
2. Sektor perbankan konvensional dan komoditas memiliki prospek baik di tahun 2022

Lo Kheng Hong menyebutkan sektor perbankan konvensional dan komoditas menjadi preferensi khusus saham terbaik di tahun 2022. Pada bank konvensional, ia menilai bank itu adalah bidang usaha yang baik, setiap tahun akan bertumbuh.
“Kalau saya, tahun 2022, sektor yang baik adalah perbankan, tapi perbankan konvensional bukan digital. Dengan price to book yang masih di bawah satu kali, dengan PE (price earning) di bawah sepuluh kali, tidak seperti bank digital yang valuasinya sangat mahal, asetnya kecil, dan mungkin ada beberapa yang belum membukukan keuntungan dengan valuasi mahal,” jelas Hong.
“Saya lebih suka bank konvensional yang asetnya besar-besar, seperti Bank Danamon, Bank CIMB, BNI. Itu valuasinya bank-bank konvensional yang besar, tapi valuasinya murah. Jadi, saya masih konservatif, biarlah bank-bank digital untuk orang lain, investor yang lain, saya tetap memegang bank besar yang valuasinya murah,” tambahnya.
Di sisi lain, saham pada sektor komoditas juga memiliki prospek baik di tahun 2022. Komoditas dalam hal ini, seperti batu bara dan perkebunan kelapa sawit.
“Kalau kita lihat batu bara, banyak kita lihat PE-nya masih rendah-rendah, mungkin di bawah sepuluh, banyak sekali, ya. Perkebunan kelapa sawit itu juga harga CPO dunia juga sudah naik banyak, tetapi harga-harga sahamnya belum begitu naik banyak,” tutur Hong.
3. Potensi milenial berinvestasi baru akan terlihat 10-20 tahun kemudian

Selain menjelaskan tentang tips and trik dan prospek saham di 2022, Lo Kheng Hong juga menanggapi hal mengenai investor milenial yang kian meningkat dan mendominasi bursa saham.
“Memang sekarang perusahaan sekuritas itu memberikan kemudahan. Mereka menyetor Rp100 ribu, buka rekening, sudah bisa menjadi investor. Bahkan, banyak milenial yang membuka rekening di perusahaan sekuritas, Rp100 ribu itu pun, perusahaan sekuritas yang bayarkan. Jadi, mereka menjadi nasabah perusahaan sekuritas tanpa setor apa-apa,” kata Hong.
Meskipun milenial jumlahnya dominan, tetapi tidak memiliki dana yang begitu banyak karena tidak sedikit dari milenial belum mempunyai penghasilan. Berbanding terbalik dengan orang-orang yang sudah lanjut usia, meskipun demografinya sedikit, namun memiliki dana yang sangat mumpuni, bahkan sampai triliunan untuk bermain di bursa saham.
“Sebetulnya yang harus ditingkatkan orang-orang yang tua ini, yang duitnya banyak ini. Jadi, meskipun milenial itu banyak, potensi mereka itu baru kelihatan setelah 20 tahun kemudian. Itu investasi jangka panjang,” ucap Hong.
4. Lo Kheng Hong rekomendasikan milenial pelajari annual report dan baca buku Warren Buffet sebelum investasi

“Sebelum membeli saham suatu perusahaan, tentu saja mereka harus mempelajari annual report. Bukan sekedar dengar tukang pom-pom, temannya yang suruh beli, atau dengar influencer, mereka beli kucing dalam karung, ya habis uangnya,” jelas Hong.
Para millennial dan generasi Z, sangat direkomendasikan untuk membaca annual report sebelum membeli saham suatu perusahaan. Jadi, bisa mengetahui bidang usaha dari perusahaan, apakah bagus untuk ditanamkan modal, siapa pemiliknya, direksi dan komisarisnya siapa, dan sebagainya.
Selain membaca annual report, Ia juga merekomendasikan untuk membaca buku-buku dari tokoh Warren Buffet.
“Hanya baca buku Warren Buffet saja, yang lainnya belum terbukti. Jadi, pesan saya untuk milenial ada dua, bacalah annual report dan bacalah buku Warren Buffet. Maka, engkau bisa menjadi seorang investor yang hebat,” tegas Hong.
5. Analisis fundamental saat investasi sangat penting

Hal lain yang penting untuk dilakukan adalah melakukan analisis fundamental saat ingin membeli saham. Ia menjelaskan bahwa analisa fundamental menjadi preferensinya dalam mempertimbangkan suatu saham.
“Di saat saya membeli suatu saham, saya hanya menggunakan analisa fundamental. Saya hanya melihat kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Saya sama sekali tidak melihat grafik-grafik. Di grafik-grafik itu, saya tidak bisa melihat kejujuran dari management. Saya juga tidak bisa melihat laba perusahaan dari grafik disana,” jelas Hong
Dengan ungkapan tersebut terlihat bahwa Ia tidak menggunakan analisa teknikal, yang mana analisa tersebut cara menganalisis pergerakan harga aset di pasar finansial menggunakan perangkat statistik, seperti grafik dan rumus matematis.
“Saya hanya mencontoh Warren Buffet. Di dalam mengambil keputusan, dalam membeli saham suatu perusahaan sama sekali dia juga tidak menggunakan analisa teknikal, ia hanya melihat annual report,” tambahnya.
6. Window dressing tidak digunakan Lo Kheng Hong

Dilansir dari Investopedia, window dressing adalah strategi yang digunakan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolionya sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham. Hal ini tidak Lo Kheng Hong gunakan.
“Saya tidak sama sekali melihat window dressing. Strategi investasi saya bukan itu. Saya adalah seorang value investor. Jadi, saya membeli Mercy yang dijual seharga Avanza. Di dunia nyata itu tidak ada. Itu hanya ada di bursa saham,” jelas Hong.
Baginya, window dressing biarlah menjadi rezeki orang lain. Ia tidak memanfaatkan hal ini.