Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi waspada (vecteezy.com/Napong Rattanaraktiya)

Kamu mungkin pernah dengar soal skema investasi yang katanya bisa bikin kamu kaya dalam waktu singkat. Tapi, jangan buru-buru percaya, karena bisa jadi kamu sedang diarahkan ke jebakan finansial bernama skema Ponzi atau skema piramida. Keduanya sering banget dibungkus dengan janji manis, padahal ujung-ujungnya merugikan banyak orang, termasuk kamu sendiri kalau gak hati-hati.

Skema Ponzi dan piramida sekilas terlihat mirip karena sama-sama butuh aliran uang dari orang baru untuk membayar orang yang lebih dulu ikut. Akan tetapi, ada perbedaan besar di balik cara kerjanya. Memahami perbedaan ini penting banget biar kamu gak gampang ketipu dan bisa lebih waspada dengan tawaran investasi mencurigakan.

Nah, biar kamu gak salah langkah, berikut ini lima perbedaan utama antara skema Ponzi dan piramida yang wajib kamu tahu.

1. Cara mendapatkan uang

ilustrasi jabat tangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam skema Ponzi, kamu akan diminta menyetor uang ke seorang pengelola investasi yang menjanjikan keuntungan tinggi. Tapi uangmu gak pernah benar-benar diinvestasikan. Pengelolanya cuma pakai dana dari peserta baru untuk bayar keuntungan peserta lama. Jadi gak ada produk nyata atau usaha yang menghasilkan.

Beda dengan skema piramida, di mana kamu harus bayar biaya untuk gabung dan “kesempatan” menjual produk atau jasa. Tapi intinya tetap sama: kamu cuma bisa dapat uang kalau berhasil rekrut orang baru. Jadi uang terus mengalir dari bawah ke atas tanpa ada penjualan produk yang benar-benar berkelanjutan.

2. Fokus utama aktivitasnya

ilustrasi properti (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Skema Ponzi berfokus pada investasi palsu. Kamu diberi kesan bahwa uangmu sedang “diputar” lewat saham, properti, atau instrumen keuangan lainnya. Tapi sebenarnya, uang itu cuma diputar-putar antar peserta.

Sedangkan skema piramida berfokus pada rekrutmen. Makin banyak orang yang berhasil kamu ajak masuk, makin besar peluangmu untuk mendapatkan uang. Produk atau jasa yang dijual biasanya cuma kedok supaya kelihatan legal, padahal ujung-ujungnya gak ada penjualan nyata yang menopang sistemnya.

3. Struktur pengelolaannya

ilustrasi uang rupiah (pexels.com/Ahsanjaya)

Pengelola skema Ponzi biasanya hanya satu orang atau sekelompok kecil yang mengatur semua dana. Mereka punya kontrol penuh atas aliran uang, dan peserta lainnya cuma pasif nunggu hasil.

Tapi dalam skema piramida, setiap peserta punya peran aktif untuk merekrut orang lain. Jadi bentuknya seperti tangga: orang yang paling atas mendapat paling banyak, sedangkan yang di bawah harus terus kerja rekrut anggota baru biar gak rugi.

4. Bentuk janji keuntungan

ilustrasi investasi (freepik.com/pch.vector)

Kalau kamu ditawari “keuntungan tinggi tanpa risiko”, itu sinyal kuat skema Ponzi. Mereka biasanya menjanjikan return tetap, misalnya 10% per bulan, tanpa pernah menjelaskan secara logis dari mana keuntungan itu berasal.

Dalam skema piramida, janjinya lebih ke arah “penghasilan pasif” atau “kebebasan finansial” yang bisa kamu capai kalau berhasil ajak orang lain sebanyak-banyaknya. Semakin banyak orang yang kamu rekrut, semakin besar komisi yang dijanjikan. Tapi sistem ini runtuh begitu pertumbuhan peserta baru melambat.

5. Legalitas dan transparansi

ilustrasi hukum (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Skema Ponzi sering kali beroperasi tanpa izin resmi, gak terdaftar di otoritas keuangan, dan tanpa laporan keuangan yang jelas. Banyak juga yang pakai istilah keuangan rumit biar kamu gak ngerti dan gak tanya-tanya.

Sementara skema piramida kadang disamarkan lewat perusahaan multilevel marketing (MLM) biar kelihatan legal. Tapi menurut banyak ahli, kalau penekanan utamanya ada di rekrutmen bukan penjualan produk, maka besar kemungkinan itu adalah skema piramida terselubung.

Sekarang kamu sudah tau, skema Ponzi dan skema piramida itu memang sama-sama berbahaya dan punya potensi merugikan yang besar. Keduanya bisa terlihat menggiurkan di awal, tapi semua itu hanya ilusi yang hancur ketika gak ada lagi peserta baru. Sayangnya, korban paling banyak biasanya ada di lapisan bawah yang gak sempat merasakan keuntungan apa-apa.

Jadi, kalau ada tawaran investasi yang terdengar terlalu bagus buat jadi kenyataan, sebaiknya kamu waspada. Jangan cuma tergiur janji cuan instan. Cek legalitasnya, pahami model bisnisnya, dan jangan ragu untuk konsultasi dengan ahli keuangan sebelum ambil keputusan.

Lebih baik teliti di awal daripada menyesal di akhir, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team