Dibuka Melemah, Pergerakan Rupiah Terus Tertekan

Bukan berarti krisis

Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018 yang digelar kemarin (27/6), nampaknya tak membawa tren positif bagi mata uang rupiah. Pada akhir perdagangan Selasa (26/6), nilai tukar rupiah justru ditutup dalam zona merah, melemah 20 poin di angka Rp 14.179 per dolar AS.

Sedangkan, pada pembukaan perdagangan Kamis (28/6), pergerakan nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,16 persen di angka Rp 14.201 per dolar AS atau turun 22 poin.

1. Rupiah kembali dibuka melemah

Dibuka Melemah, Pergerakan Rupiah Terus Tertekaniacs.es

Pergerakan rupiah sejak pembukaan terus bergerak melemah hingga siang hari. Pada pukul 09.50 hari ini, nilai tukar rupiah terpantau turun 99 poin atau 0,70 persen ke angka Rp 14.278 per dolar AS. Kini, rupiah bertengger di level Rp 14.284, bersamaan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun ke level 5,692, yakni merosot 94,09 poin atau 1,64 persen.

2. Lemahnya sentimen dalam negeri menjadi salah satu penyebab rupiah terus tertekan

Dibuka Melemah, Pergerakan Rupiah Terus TertekanPixabay.com/NikolayFrolochkin

Sejumlah hal menjadi faktor pelemahan rupiah terhadap dolar, termasuk salah satunya sentimen dagang antara Amerika Serikat dan China. Banyak pemain pasar yang akhirnya beralih ke mata uang safe haven selain dolar AS, seperti yen Jepang.

Selain itu, laju rupiah juga terimbas valas global akibat potensi perang dagang antara keduanya. Di samping faktor eksternal, sentimen dalam negeri yang bisa menguatkan rupiah dinilai masih minim, sehingga rupiah diperkirakan belum bisa beranjak.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilaksanakan pada 28-29 Juni 2018 diprediksi akan berakhir dengan peningkatan suku bunga acuan sebesar 5 persen atau 25 bps. Hal ini diharapkan bisa menjadi angin segar agar rupiah bisa kembali menguat.

3. Pelemahan rupiah saat ini bukan berarti krisis

Dibuka Melemah, Pergerakan Rupiah Terus TertekanPixabay.com/Bruno Glätsch

Sepanjang semester pertama, tren rupiah memang cenderung melemah. Adapun level terlemahnya tercatat pada 23 Mei lalu, di level Rp 14.213. Sedangkan level terkuatnya terjadi pada 25 Januari di level Rp 13.263.

Terkait hal ini, ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Haryadi Sukamdani mengatakan masyarakat tak perlu panik. "Perlu diketahui, nilai mata uang yang fluktuatif tak cuma dihadapi Indonesia saja," ujarnya ketika dihubungi IDN Times.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia melemah. Di antaranya yuan offshore China yang melemah 0,40 persen dan renminbi yang turun 0,34 persen. Sementara won Korea Selatan menguat 0,19 persen, serta yen Jepang naik 0,08 persen.

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya