Mengenal Tapering Off dan Dampaknya Bagi Perekonomian

Tapering bisa ciptakan kekacauan yang disebut taper tantrum

Jakarta, IDN Times – Bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), memiliki banyak cara untuk mengelola kesehatan ekonomi mereka masing-masing.

Salah satu caranya adalah dengan membeli asset backed security untuk mendorong pemulihan ekonomi. Ketika bank sentral membeli sekuritas dari bank-bank anggota mereka, maka uang itu akan kembali ke dalam perekonomian.

Pembelian aset seperti itu, bersama dengan mempertahankan suku bunga rendah disebut pelonggaran kuantitatif (QE).

Tetapi bank sentral tidak dapat selamanya membeli sekuritas dan memompa uang ke dalam perekonomian. Ketika mereka yakin ekonomi telah cukup pulih, mereka bergerak untuk mengurangi pembelian aset. Proses pengurangan inilah yang disebut tapering.

Baca Juga: Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?

1. Cara kerja tapering

Mengenal Tapering Off dan Dampaknya Bagi PerekonomianPatung Liberty Amerika Serikat (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Untuk memahami bagaimana tapering bekerja membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang QE. Ketika bank sentral menjaga suku bunga jangka pendek tetap rendah, hal itu mendorong peminjam individu dan bisnis untuk mengambil pinjaman. Hal ini akan mendorong kegiatan ekonomi. Pada saat yang sama, pembelian aset oleh bank sentral menyuntikkan uang ke dalam perekonomian.

Ketika mereka telah mencapai tujuan pemulihan ekonomi, bank sentral secara bertahap akan men-taper atau mengurangi pembelian aset mereka.

Tapering berdampak pada pasokan sekuritas tersebut dan tidak hanya dapat menggerakkan pasar obligasi di AS tetapi juga pasar saham di seluruh dunia.

2. Rencana tapering AS

Mengenal Tapering Off dan Dampaknya Bagi Perekonomianjerome Powell (Website/https://www.npr.org/)

Menurut The Balance, pada Maret 2020, pembatasan akibat pandemik COVID-19 berdampak besar baik bagi ekonomi AS maupun pasar keuangan. Untuk menjaga stabilitas keuangan, bank sentral mengumumkan sejumlah langkah pada 23 Maret 2020, termasuk membeli obligasi.

Sejak Juni 2020, The Fed telah membeli rata-rata 80 miliar dolar AS surat berharga AS atau US Treasuries dan 40 miliar dolar AS dalam sekuritas berbasis hipotek setiap bulannya.

Neraca The Fed menggelembung dari 4,3 triliun dolar AS pada Maret 2020 menjadi 8,5 triliun dolar AS pada September 2021.

Dalam pidato pada Agustus 2021, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan mungkin tepat untuk mulai mengurangi laju pembelian aset tahun ini. Powell menyatakan bahwa ekonomi telah memenuhi kondisi kemajuan lebih lanjut yang substansial, mendorong The Fed untuk mengevaluasi pengurangan. Dalam konferensi pers berikutnya, ia menambahkan bahwa pengurangan kemungkinan akan berakhir pada pertengahan 2022.

“Sepertinya kita menuju pengurangan (taper) selama delapan bulan, atau pengurangan 15 miliar dolar AS per bulan,” tulis peneliti Moody's Analytics dalam catatan 23 September 2021.

Baca Juga: Ini Sejumlah Jurus Gubernur BI Antisipasi Tapering dari The Fed

3. Dampak tapering pada pasar

Mengenal Tapering Off dan Dampaknya Bagi Perekonomianjerome Powell (Website/https://knowledge.wharton.upenn.edu/)

Kebijakan moneter The Fed pada dasarnya memiliki tiga tujuan, yakni menciptakan lapangan kerja maksimum, harga stabil, dan suku bunga jangka panjang yang moderat. Bank menggunakan alat lain seperti QE ketika kebijakan moneter saja tidak dapat membantu mencapai tujuannya.

Namun perlu dicatat bahwa tapering tidak hanya berarti berakhirnya kebijakan ekspansif bank sentral, tetapi juga menandakan awal dari pengetatan moneter. Itu bisa berarti tingkat bunga yang lebih tinggi untuk hipotek, pinjaman konsumen, dan pinjaman bisnis.

Di sisi lain, meskipun tapering setelah QE mungkin tidak dapat dihindari, ketidakpastian atas waktu dan kecepatannya membuat pasar keuangan di AS dan di seluruh dunia menjadi kacau. Fenomena ini dijuluki sebagai “taper tantrum”.

Baca Juga: Waspadai Momok Taper Tantrum, Pemerintah Siapkan 'Sabuk Pengaman'

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya