Bearish: Pengertian, Indikator dan Cara Menghadapinya

Penjelasan apa itu bearish

Saat kamu melakukan investasi saham, pasti kamu akan dihadapkan dengan kondisi bullish dan bearish. Kedua istilah ini memang sangat akrab di dunia investasi saham. Lantas apakah maksud kedua hal tersebut?

Istilah bullish dan bearish digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar yang sebenarnya. Pergerakan harga saham yang mengalami kenaikan dan penurunan ini disederhanakan menjadi istilah bullish untuk naiknya harga saham dan bearish untuk harga saham yang turun.

Pada artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu bearish dan bagaimana cara menyikapinya.

Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat, Saham-Saham Ini Bisa Jadi Rekomendasi

1. Definisi bearish di pasar saham

Bearish: Pengertian, Indikator dan Cara MenghadapinyaIlustrasi saham (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebuah tanda bearish adalah penurunan indeks harga saham secara keseluruhan. Investor sering menggunakan istilah ini sebagai ramalan atau asumsi bahwa harga saham akan turun. Istimewanya, kondisi yang semula berupa prediksi bisa menjadi kenyataan. 

Hal ini disebabkan reaksi berlebihan dari investor yang juga menjual sahamnya. Akibatnya, terjadi kepanikan dan penjualan saham menjadi lebih menular.

Nah, langkah agar tidak terjebak dalam kondisi bearish adalah dengan mengetahui sinyalnya. Yang bisa dilakukan hanyalah menganalisa pasar, baik teknikal maupun fundamental. Ini akan membantu investor untuk menilai aset dan prospek mereka untuk masa depan.

2. Indikator bearish

Bearish: Pengertian, Indikator dan Cara MenghadapinyaPexels.com/fauxels

Berdasarkan dari berbagai sumber, ada beberapa indikator yang dapat kamu gunakan untuk mengetahui sebuah tren pergerakan harga saham. Baik itu tren pasar yang mengalami bearish maupun bullish. 

1. Ketahui dengan moving average

Salah satu cara paling populer untuk mempelajari tren pasar adalah dengan menggunakan rata-rata bergerak. Dengan rata-rata bergerak, kamu dapat mengetahui rata-rata pergerakan pasar selama periode waktu tertentu. 

Grafik rata-rata bergerak yang ditampilkan pada grafik akan menunjukkan apakah kondisi pasar sedang bullish atau bearish. Jika pasar berada di bawah grafik rata-rata bergerak, maka pasar berada dalam posisi bearish.

2. Gunakan candlestick

Kondisi bullish dan bearish juga bisa diketahui menggunakan candlestick. Sederhananya, jika melihat candle berwarna biru, ada kemungkinan pasar sedang naik. Namun, bandingkan posisi candle dengan grafik rata-rata bergerak, apakah itu di atas atau di bawah.

3. Bandingkan dengan IHSG

Cara lain untuk mengetahui apakah pasar sedang bearish atau bullish adalah dengan membandingkannya dengan IHSG. Artinya kamu perlu mengetahui apakah pergerakan persediaan sejalan dengan IHSG atau tidak. 

Meski begitu, kamu tidak bisa begitu saja menggunakan indikator ini. kamu perlu melakukan analisis teknis atau fundamental kamu sendiri terhadap investasi atau transaksi yang kamu lakukan.

Baca Juga: Jangan Salah, Ini 6 Perbedaan Reksadana Saham dan Investasi Saham

3. Cara menghadapi kondisi bearish

Bearish: Pengertian, Indikator dan Cara MenghadapinyaIlustrasi grafik (pexels.com/Burak K)

Adanya bearish tentu tidak diinginkan oleh investor. Namun, keadaan ini alami. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh menghindarinya, tetapi mengambil sikap yang paling tepat. Apa yang terjadi ketika pasar bearish adalah di mana sentimen di pasar berubah menjadi negatif. 

Investor mengalihkan uang dari saham ke sekuritas pendapatan tetap untuk mengantisipasi langkah positif. Investor juga bisa menahan uang dari pasar. Akibatnya, harga turun secara signifikan. Arus keluar juga meningkat. Nah, sikap yang harus diambil dalam kondisi bearish sebagai berikut:

1. Pilih saham defensif

Ada beberapa kunci yang harus diperhatikan ketika menginvestasikan uang di pasar saham, yaitu memilih saham dengan fundamental yang baik (laba bersih, pendapatan dan pertumbuhan ekuitas), margin of safety (MOS) 50 persen, dan harganya diremehkan. Waktu bearish adalah saat yang tepat untuk memilih tindakan defensif.

2. Batasi portofolio

Langkah selanjutnya adalah membatasi portofolio menjadi lima hingga delapan emiten. Banyak investor yang memiliki lebih dari delapan emiten dan terbiasa menabung dalam jumlah besar. Ini tidak boleh dilakukan ketika pasar sedang bearish. 

Memiliki lebih sedikit penerbit juga akan membantu kamu berkonsentrasi dalam mengelola portofolio yang ada. Dompet harus memenuhi syarat pertama.

3. Jangan belanja berlebihan

Ketika pasar bearish, harga saham turun. Oleh karena itu, kamu perlu menyiapkan uang tunai untuk membeli saham. Namun, jangan menghabiskan seluruh anggaran kamu karena bisa menjadi kerugian jika saham turun. Untuk jaga-jaga, sisakan setidaknya 30-40%.

4. Lakukan money management

Uang tunai sebanyak 30-40 persen merupakan cangkang cadangan yang bisa digunakan jika stok benar-benar memburuk. Strategi, lakukan secara bertahap dan tidak terlalu cepat. Ini disebut pengelolaan uang yang baik.

Agar lebih jelas, berikut adalah contoh yang dapat kamu pahami. Saham A dibeli dengan harga 200. Harga wajarnya adalah 300. Saat saham turun menjadi 180, lakukan pembelian kedua. Begitu juga jika ada pergerakan turun lagi, lakukan pembelian ketiga. Dan seterusnya.

Nah, kombinasikan semua langkah ini saat mengambil keputusan saat bermain pasar saham. Jangan lupa untuk mempertimbangkan lima hingga delapan stok terbaik, yang dianggap paling tahan lama. Ini membuat kamu lebih fokus untuk mengawasi inventaris kamu.

Baca Juga: Mengenal 4 Perbedaan Saham Biasa dan Saham Preferen, Apa Saja? 

Itu dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui dari bearish. Mulai dari definisi, indikator dan juga cara menghadapinya. Semoga dengan adanya artikel ini bisa bermanfaat saat kamu menghadapi kondisi pasar yang bearish.

Topik:

  • Rinda Faradilla
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya