Rupiah Pagi Masih Tak Bertenaga, Rp15.222 per Dolar

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa Rabu (18/3) masih melemah ke level Rp15.222 per dolar AS. Angka ini turun sekitar 52 basis poin atau 0,41 persen penutupan Senin kemarin di angka Rp15.170 per dolar AS.
Rupiah untuk pertama kalinya di tahun ini menembus level Rp15.000 per dolar AS, Selasa kemarin.
1. Dolar AS menguat di pasar New York

Sementara dikutip dari Antara, di pasar New York, dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Para pedagang berharap upaya lebih dari pemerintah dan pembuat kebijakan moneter untuk meredam kerusakan ekonomi akibat virus corona.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 1,51 persen menjadi 99,5654 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan, euro turun menjadi 1,1000 dolar AS dari 1,1168 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2094 dolar AS dari 1,2234 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia jatuh menjadi 0,5992 dolar AS dari 0,6126 dolar AS.
Dolar AS dibeli 107,82 yen Jepang, lebih tinggi dari 106,15 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9614 franc Swiss dari 0,9470 franc Swiss, dan menguat menjadi 1,4227 dolar Kanada dari 1,3980 dolar Kanada.
2. Janji Trump untuk pekerja di AS

Pemerintahan Trump pada Selasa (17/3) menyatakan niatnya untuk menawarkan pembayaran tunai bagi pekerja Amerika sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi di tengah kejatuhan akibat virus corona.
"Kami akan segera mengirimkan cek ke warga Amerika," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada konferensi pers Gedung Putih, seperti dikutip oleh Xinhua.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin (16/3) bahwa ekonomi AS kemungkinan menuju resesi dan bahwa wabah COVID-19 dapat berlangsung selama berbulan-bulan.
3. The Federal Reserve memangkas suku bunga

Federal Reserve pada Minggu (15/3) telah memangkas suku bunga acuannya dengan sebesar 100 basis poin menjadi mendekati nol dan berjanji untuk meningkatkan kepemilikan obligasi setidaknya 700 miliar dolar AS.