ilustrasi ekspor impor (IDN Times/Aditya Pratama)
Nvidia menghadapi tantangan besar dari kebijakan ekspor AS ke China. Pemerintah AS tengah mempertimbangkan pembatasan lebih ketat terhadap chip H20 yang saat ini masih bisa diekspor ke perusahaan China seperti Alibaba dan Tencent. Jika aturan ini diperketat, Nvidia berpotensi kehilangan pangsa pasar yang signifikan di China, memberikan peluang bagi pesaing seperti Huawei untuk memperkuat dominasinya.
“Larangan total terhadap ekspor H20 ke China sama sekali tidak masuk akal,” ujar Rasgon, dikutip dari The Wall Street Journal.
Namun, investor tetap waspada terhadap kemungkinan adanya kebijakan yang lebih ketat di masa depan, yang bisa berdampak pada bisnis Nvidia di China.
Selain tantangan regulasi, Nvidia juga menghadapi persaingan ketat di pasar AI. Broadcom, salah satu pesaing utama, baru saja melaporkan pertumbuhan pendapatan dari sektor AI sebesar 77 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 4,1 miliar dolar AS. Perusahaan ini memperkirakan pendapatan dari AI akan meningkat menjadi 4,4 miliar dolar AS pada kuartal berikutnya.
Analis dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa pangsa pasar chip kustom AI, yang menjadi spesialisasi Broadcom, akan meningkat dari 11 persen menjadi 15 persen pada 2030. Meskipun mayoritas pasar masih akan dikuasai Nvidia, pertumbuhan Broadcom di sektor ini menjadi ancaman serius bagi dominasi perusahaan.
Di sisi lain, Rasgon juga merekomendasikan Qualcomm sebagai alternatif investasi di sektor chip.
“Risiko dari Apple sudah diketahui dan diharapkan sudah tercermin dalam harga saham Qualcomm,” katanya, dikutip dari Market Watch.
Qualcomm masih memiliki peluang di pasar AI, terutama dengan semakin banyaknya aplikasi yang berjalan langsung di perangkat pengguna.