Tesla Dihantam Gelombang Protes, Saham Anjlok 25 Persen

- Protes terhadap Tesla meluas ke New York, London, dan Barcelona.
- Demonstran menuntut "Send Musk to Mars" sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap pengaruh politik Musk.
- Harga saham Tesla merosot lebih dari 25 persen dalam sebulan terakhir akibat protes, serta insiden kekerasan dan vandalisme yang melibatkan fasilitas Tesla.
Jakarta, IDN Times – Tesla menghadapi gelombang protes besar-besaran di berbagai negara, menambah tekanan terhadap perusahaan otomotif milik Elon Musk. Ribuan demonstran turun ke jalan di kota-kota besar sepanjang akhir pekan, membawa slogan “Send Musk to Mars” sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap pengaruh politik Musk.
Aksi ini berdampak langsung pada performa saham Tesla (TSLA), yang merosot lebih dari 25 persen dalam sebulan terakhir. Selain itu, unjuk rasa juga melibatkan vandalisme terhadap fasilitas Tesla, mencerminkan eskalasi ketegangan yang kini meluas ke ranah ekonomi dan bisnis perusahaan.
1. Protes Tesla meluas ke berbagai Kota
Gelombang demonstrasi terhadap Tesla kini merambah ke kota-kota besar seperti Barcelona, London, dan Lisbon. Aksi ini digerakkan oleh platform Tesla Takedown, yang mendorong pemilik kendaraan Tesla untuk menjual mobil mereka, melepas saham Tesla, dan bergabung dalam demonstrasi.
Di Amerika Serikat (AS), protes terjadi secara serentak di berbagai kota, termasuk New York, Portland, dan St. Louis. Salah satu aksi terbesar berlangsung di showroom Tesla di Manhattan, yang menarik lebih dari 350 demonstran. Enam orang ditangkap, dengan lima di antaranya didakwa melakukan tindakan tidak tertib, sementara satu orang lainnya dituduh menghalangi administrasi pemerintahan dan melanggar hukum setempat.
Senator negara bagian New York, Brad Hoylman-Sigal, mengatakan bahwa protes di Manhattan terus berkembang.
“Ini menjadi katarsis (pelepasan emosi) bagi warga New York untuk turun ke jalan,” ujarnya kepada The New York Times.
Ia menambahkan bahwa tindakan Musk dan Presiden Donald Trump akan berdampak luas terhadap banyak orang.
Selain unjuk rasa, sejumlah insiden kekerasan juga dilaporkan. Polisi Massachusetts menyelidiki kebakaran di tujuh stasiun pengisian Tesla yang diduga disengaja. Di Portland, setidaknya tujuh tembakan dilepaskan ke arah diler Tesla, menyebabkan kerusakan pada tiga kendaraan dan beberapa jendela pecah.
2. Saham Tesla terjun bebas

Harga saham Tesla telah anjlok hampir 35 persen sejak awal tahun, menghapus seluruh keuntungan pasca pemilu. Penurunan ini membuat valuasi pasar Tesla turun di bawah angka 1 triliun dolar AS, mencerminkan hilangnya kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan.
Para analis di Wall Street mulai menyesuaikan target harga mereka terhadap TSLA. UBS mempertahankan peringkat “Sell” dan memangkas target harga dari 259 dolar AS menjadi 225 dolar AS. Sementara itu, TD Cowen justru mengambil pendekatan berbeda dengan menaikkan peringkat Tesla dari “Hold” menjadi “Buy”. Menurut analis TD Cowen, Tesla berpotensi memasuki siklus produk baru pada 2025-2026, yang dapat mendorong pertumbuhan penjualan serta mengembalikan kepercayaan investor.
3. Proyeksi masa depan saham Tesla
Meskipun mengalami tekanan besar, Tesla masih mendapat beragam pandangan dari analis pasar. Menurut data dari TipRanks, Tesla saat ini mengantongi peringkat “Hold” berdasarkan 13 rekomendasi beli, 11 tahan, dan 11 jual dalam tiga bulan terakhir.
Rata-rata target harga analis menunjukkan potensi kenaikan sebesar 32,5 persen dari level saat ini. Namun, proyeksi ini tetap bergantung pada bagaimana Tesla menghadapi tekanan dari demonstrasi global serta strategi bisnis yang diterapkan di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi.
Di sisi lain, Musk secara aktif merespons protes yang terjadi. Melalui unggahan di X, ia mengklaim telah menemukan lima kelompok yang didanai ActBlue sebagai dalang di balik aksi protes Tesla.
“Investigasi telah menemukan lima kelompok yang didanai ActBlue bertanggung jawab atas protes Tesla: Troublemakers, Disruption Project, Rise & Resist, Indivisible Project, dan Democratic Socialists of America,” tulis Musk, dikutip dari Varnity Fair.
Pernyataan ini langsung menuai kontroversi. Forbes melaporkan bahwa “tidak ada bukti lain” yang menghubungkan kelompok-kelompok tersebut dengan protes Tesla, selain klaim Musk sendiri. Selain itu, ActBlue bukan lembaga pendanaan, melainkan platform yang memfasilitasi donasi ke berbagai organisasi.
Sementara itu, Gedung Putih tetap mendukung kebijakan pemerintahan Trump dan peran Musk di dalamnya.
“Protes ini tidak akan menghalangi Presiden Trump dan Elon Musk untuk memenuhi janji untuk mendirikan DOGE dan membuat pemerintah federal kita lebih efisien dan lebih bertanggung jawab kepada pembayar pajak Amerika yang bekerja keras di seluruh negeri,” kata Harrison Fields, Juru bicara pemerintah.
Namun, kebijakan yang dijalankan Musk dan pemerintah telah menyebabkan pemutusan hubungan kerja dalam jumlah besar di sektor publik. Para pekerja federal yang terdampak bahkan mendapat ancaman pemecatan jika tidak segera merespons email yang meminta justifikasi pekerjaan mereka.
Dengan kondisi ini, masa depan Tesla masih berada di persimpangan jalan. Apakah perusahaan akan bangkit dari tekanan yang ada, atau justru semakin terpuruk akibat dampak politik yang terus membayangi?