ilustrasi kantor amazon (www.aboutamazon.com)
Walmart hampir selalu menikmati lonjakan penjualan saat Natal. Konsumen memilih Walmart, baik online maupun offline, untuk membeli dekorasi, mainan, elektronik, hingga kebutuhan rumah tangga.
Dengan lebih dari 10.000 gerai di 19 negara dan sekitar 25% konsumen AS berbelanja di Walmart, perusahaan ini menjadi salah satu pemain utama di musim liburan.
Costco menjadi tujuan favorit untuk belanja kebutuhan Natal dalam jumlah besar. Selain bahan makanan, Costco juga dikenal dengan promo musiman untuk elektronik dan gadget.
Didukung lebih dari 860 lokasi di 15 negara dan ekspansi e-commerce yang konsisten, Costco menawarkan kombinasi stabilitas dan potensi pertumbuhan saat Natal.
Amazon adalah pilihan klasik untuk investasi Natal. Setelah mencetak rekor penjualan saat Black Friday dan Cyber Monday, Amazon berupaya mempertahankan momentum hingga malam Natal.
Meski sempat menghadapi isu mogok kerja, Amazon berhasil menjual lebih dari 1 miliar produk dalam periode promo, dengan separuhnya berasal dari penjual independen. Diskon agresif dan pengiriman cepat menjadi senjata utamanya.
Alibaba merupakan pesaing utama Amazon di luar AS. Meski kinerja sahamnya belum optimal dan ekonomi Asia masih lesu, Alibaba tetap punya potensi jangka panjang.
Di China, Singles’ Day menggantikan Black Friday, meski hasilnya tahun ini kurang memuaskan. Konsumen lebih memilih produk terjangkau dibanding gadget mahal. Bagi investor, Alibaba bisa menjadi opsi saham Natal dengan valuasi diskon, sambil menunggu pemulihan ekonomi China.
Menjelang akhir tahun, Natal bukan hanya soal perayaan dan hadiah, tetapi juga peluang menarik di pasar saham. Dengan memahami pola musiman seperti Santa Claus Rally dan memilih saham dari sektor yang tepat, investor bisa memanfaatkan momentum liburan untuk memperkuat portofolio. Meski peluang selalu datang bersama risiko, strategi yang matang dan riset yang cermat dapat membantu menjadikan akhir tahun sebagai momen yang menguntungkan bagi investasi.