Sempat Heboh BSI Kena Serangan Siber, Gimana Pengamanan Bank Digital?

Jakarta, IDN Times - Kasus serangan siber dari Ransomware Lockbit di Bank Syariah Indonesia (BSI) sempat membuat layanan bank tersebut mengalami gangguan selama empat hari pada awal Mei 2023 lalu.
Tak sedikit nasabah yang khawatir akan keamanan data dan saldonya di rekening akibat serangan tersebut. Lantas, bagaimana antisipasi serangan siber di bank lain?
Chief Executive Officer (CEO) Allo Bank Indonesia, Indra Utoyo mengatakan, serangan siber terhadap perbankan memang terus ada, bahkan dengan teknologi yang canggih. Oleh sebab itu, pihaknya tak berhenti meningkatkan teknologi, keamanan, dan tata kelola untuk menghindari serangan siber.
"Ini kan tantangannya terus berkembang juga. Maka kita harus terus, gak pernah berhenti untuk enhance dari sisi teknologinya, governance-nya," kata Indra usai menghadiri Open Finance Summit 2023 di Thamrin Nine, Jakarta, Rabu (21/6/2023).
1. Jumlah pakar keamanan siber terbatas

Di tengah tingginya ancaman serangan siber, perbankan juga menghadapi hambatan dalam merekrut pakar-pakar keamanan siber. Sebab, jumlahnya sangat terbatas, namun kebutuhannya sangat tinggi.
"Jadi memang sekarang security jadi isu yang makin serius. Karena kan risikonya makin besar di digital. Sehingga talent-talent yang kompeten di bidang cybersecurity makin dicari," tutur Indra.
2. Perlu kerja sama dengan berbagai pihak buat perkuat sistem keamanan siber

Menurut Indra, dalam menghindari serangan siber, maka sistem keamanan sibernya perlu diperkuat. Dikarenakan jumlah pakar keamanan siber juga terbatas, maka dalam memperkuat sistemnya, perlu dilakukan secara bersama-sama dengan pihak lain.
"Dan gak kalah penting adalah kolaborasi dengan industri. Karena menghadapi penjahat kan harus bareng. Kita harus punya tekad yang sama untuk melawan mereka. Karena mereka juga punya teknologi, sindikat, pakai AI (artificial intellegence) juga kan," ujar Indra.
3. Allo Bank siapkan lebih dari Rp500 miliar buat perkuat sistem keamanan bank

Sebagai bank digital, Allo Bank punya alokasi besar untuk pos teknologi. Bahkan, untuk sistem keamanan bank, Indra mengatakan pihaknya mengalokasikan lebih dari Rp500 miliar.
"Kalau bank digital capex (capital expenditure) teknologinya paling besar. Kita hampir 60 persen untuk teknologi," tutur dia.
Alokasi anggaran yang besar diperlukan untuk terus meningkatkan keamanan, dan juga meningkatkan kinerja AI yang digunakan untuk mendeteksi kejanggalan atau anomali di dalam sistem, maupun transaksi nasabah.
"Jadi kan memang risiko fraud makin tinggi, maka fraud governance-nya harus makin baik, terus tools untuk fraud detection-nya harus terus ditingkat, dan itu harus pakai AI juga. Karena kan kita untuk membaca perilaku anomalinya harus real-time. Itu harus segera ditangkap, apakah dia menipu wajahnya, apakah pattern privacy-nya tidak wajar, itu harus real-time," ujar Indra.