5 Seni Mengelola Keuangan di Era Konsumtif, Hidup Berkecukupan!

Dalam dunia yang selalu mendorong kita untuk menghabiskan uang lebih banyak, hidup sesuai atau bahkan di bawah kemampuan finansial menjadi tantangan tersendiri. Fenomena keeping up with the Joneses membuat kita merasa perlu memiliki apa yang orang lain miliki. Padahal, hidup berkecukupan bukan soal memiliki segalanya, tapi tentang bijak mengelola apa yang kita punya.
Teori keuangan personal menyarankan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan hidup dan hiburan sebaiknya tidak melebihi 70 persen dari penghasilan kita. Namun, mengapa prinsip sederhana ini begitu sulit diterapkan? Mari kita eksplorasi beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku keuangan kita dan bagaimana mengatasinya.
1.Kendalikan present bias dengan aturan 24 jam

Present bias adalah kecenderungan kita lebih mementingkan kepuasan instan dibandingkan manfaat jangka panjang. Pemikiran "daripada nabung, mending traveling sekarang" atau "muda cuma sekali" sering menjustifikasi pengeluaran impulsif yang sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuan keuangan kita. Keputusan finansial yang diambil dalam kondisi emosional tinggi biasanya berakhir dengan penyesalan.
Terapkan aturan 24 jam sebelum melakukan pembelian besar. Berikan waktu bagi diri sendiri untuk berpikir jernih dan mengevaluasi apakah pembelian tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya didorong oleh keinginan sesaat. Penelitian dari Journal of Consumer Research menunjukkan bahwa menunda pembelian bahkan hanya sehari dapat mengurangi pembelian impulsif hingga 50 persen.
2.Lawan optimism bias dengan tracking pengeluaran harian

"Sekali-kali boros tidak apa-apa, nanti juga gaji naik" adalah contoh klasik optimism bias dalam perilaku keuangan. Kita cenderung terlalu optimis tentang masa depan dan mengabaikan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti PHK, sakit, atau biaya tidak terduga lainnya. Sikap ini membuat kita berani mengambil risiko finansial yang sebenarnya tidak perlu.
Memulai kebiasaan tracking pengeluaran harian dapat membuka mata terhadap pola pengeluaran yang sebenarnya. Aplikasi pencatat keuangan seperti Money Lover atau YNAB (You Need A Budget) membantu kita melihat realita keuangan sehari-hari. Menurut penelitian dari National Bureau of Economic Research, orang yang secara rutin melacak pengeluarannya cenderung 15 persen lebih mampu mengontrol keuangan pribadi mereka.
3.Hindari hedonic adaptation dengan rotasi kesenangan

Hedonic adaptation adalah fenomena di mana kesenangan yang kita dapatkan dari suatu pengalaman atau barang semakin berkurang seiring waktu. Contohnya, perjalanan ke Singapura yang awalnya menyenangkan menjadi biasa saja setelah dilakukan berulang kali. Kita terus mencari pengalaman yang lebih mahal untuk mendapatkan level kesenangan yang sama.
Solusinya adalah dengan menerapkan sistem rotasi kesenangan, di mana kita sengaja membatasi frekuensi aktivitas menyenangkan agar tetap terasa spesial. Alih-alih mengunjungi destinasi yang sama berulang kali, coba eksplorasi tempat lokal dengan budget lebih rendah. Penelitian psikologi dari Cornell University menunjukkan bahwa jeda antara pengalaman menyenangkan justru meningkatkan kebahagiaan yang dirasakan.
4. Praktikkan mindful spending dengan pertanyaan nilai

Mindful spending adalah praktik belanja dengan kesadaran penuh tentang nilai yang didapatkan dari setiap pengeluaran. Alih-alih membeli secara otomatis, kita berhenti sejenak dan mempertimbangkan apakah barang atau pengalaman tersebut benar-benar membawa nilai ke dalam hidup kita. Pendekatan ini membantu mengurangi pembelian yang didorong oleh tekanan sosial.
Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah barang ini akan bermakna bagi saya dalam enam bulan ke depan?" atau "Berapa jam kerja yang saya perlukan untuk membayar ini?". Penelitian dari Journal of Happiness Studies menemukan bahwa orang yang mempraktikkan mindful spending melaporkan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, meskipun pengeluaran mereka lebih rendah.
5. Bangun emergency fund sebelum lifestyle upgrade

Salah satu kesalahan terbesar dalam manajemen keuangan adalah meningkatkan gaya hidup segera setelah mendapatkan kenaikan pendapatan. Fenomena ini, yang dikenal sebagai lifestyle inflation, menghalangi kita membangun kekayaan jangka panjang karena pengeluaran terus bertambah seiring pendapatan.
Buat komitmen untuk membangun dana darurat yang cukup untuk menutupi biaya hidup selama minimal tiga sampai enam bulan sebelum memutuskan untuk upgrade gaya hidup. Penelitian dari Financial Industry Regulatory Authority menunjukkan bahwa keberadaan dana darurat yang memadai adalah prediktor terkuat dari kesehatan finansial secara keseluruhan.
Hidup sederhana bukan berarti hidup menderita atau terlalu pelit. Hidup sederhana adalah tentang membuat keputusan sadar tentang bagaimana kita menggunakan uang kita, memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting, dan menghindari jebakan konsumerisme. Dengan menerapkan prinsip 70% untuk kebutuhan hidup dan hiburan, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk menabung, berinvestasi, dan mempersiapkan masa depan yang lebih cerah. Ingatlah, tujuan utama dari mengelola keuangan dengan baik bukanlah semata-mata untuk menghemat uang, tetapi untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan bebas dari kecemasan finansial.