Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi lebaran (Pexels.com/Alenal Darmel)
Ilustrasi lebaran (Pexels.com/Alenal Darmel)

Jakarta, IDN Times – Di saat perayaan Lebaran atau sejumlah hari besar lainnya, masyarakat Indonesia sering kali melakukan bagi-bagi uang atau memberi salam tempel kepada sanak-saudara dan kerabat.

Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata tradisi ini bukan hal baru, dan tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Berikut adalah sejarah salam tempel, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber:

1. Makna salam tempel

ilustrasi Lebaran (pexels.com/@timur-weber)

Bagi banyak orang, utamanya anak-anak, momen yang paling ditunggu saat Lebaran bisa jadi adalah bagian menerima salam tempel dari keluarga dan kerabat. Namun ternyata, salam tempel bukan hanya memiliki makna bagi-bagi rejeki, lho.

Salam tempel juga memiliki makna negatif. Sebab, pemberian salam tempel bukan hanya bisa dilakukan secara terang-terangan kepada kerabat seperti saat lebaran, tapi juga bisa dilakukan sembunyi-sembunyi pada pihak tertentu sebagai suap.

2. Sejarah salam tempel

ilustrasi Lebaran (Pexels.com/RODNAE Productions)

Tradisi bagi-bagi uang atau salam tempel di hari pertama lebaran telah ada sejak zaman pemerintahan Dinasti Fatimiyah (910-1171). Namun pada saat itu bukan hanya uang yang dibagikan, tapi juga bisa berupa kain, pakaian, permen, dan lainnya.

Kemudian baru pada masa kekhalifahan Ottoman (1517-1924) tradisi memberi uang tunai menjadi tradisi paling umum. Alasannya kemungkinan karena pemberian uang jauh lebih simpel, fleksibel dan mudah untuk mengingat nominal pemberiannya.

3. Bukan hanya diberikan pada acara keagamaan

ilustrasi memegang angpau (pexels.com/rodnaeproduction)

Jika melihat sejarahnya, salam tempel telah ada sejak lama dan dilakukan pada banyak acara selain hari keagamaan seperti Lebaran dan Imlek.

Salam tempel juga bisa diberikan saat seseorang melakukan hajatan hingga saat melakukan berbagai urusan, di mana tujuan pemberiannya adalah sebagai ucapan terima kasih.

4. Tanda syukur

ilustrasi berdoa (pexels.com/Monstera)

Di Indonesia sendiri, tradisi salam tempel saat hari keagamaan umumnya dilakukan sebagai bentuk syukur karena mendapatkan rezeki yang cukup. Ini juga umumnya dilakukan sebagai bentuk menghargai dan menyenangkan sesama, terutama sanak-saudara dan kerabat dekat.

Namun demikian, bagi-bagi salam tempel ini kadang juga sering dilakukan dalam konteks yang lebih luas, seperti kepada anak-anak di panti asuhan ataupun orang–orang yang kurang mampu sebagai bentuk empati terhadap sesama.

Editorial Team