BI Prediksi Suku Bunga Acuan The Fed Tembus 5 Persen di Awal 2023
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memprediksi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yakni Fed Fund Rate (FFR) akan mencapai titik puncaknya yakni 5 persen pada kuartal I-2023.
Meski begitu, BI memprediksi suku bunga acuan AS akan kembali melandai setelah periode puncak kenaikan tersebut.
"Kami perkirakan puncaknya Fed Fund Rate 5 persen pada triwulan I-2023, dan tentu saja pada saat itu kita perkirakan akan menjadi turning point-nya," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/11/2022).
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Jadi 5,25 Persen!
1. The Fed agresif naikkan suku bunga karena lonjakan inflasi di AS
Suku bunga acuan AS kini berada di rentang 3,75 persen sampai 4 persen. Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) tiga kali berturut-turut.
Perry mengatakan, langkah itu diambil The Fed melihat lonjakan inflasi di Negeri Paman Sam, bahkan nyaris menyentuh 8 persen, atau tepatnya 7,74 persen per Oktober 2022.
Baca Juga: Bos BI: Jangan Bandingkan Kenaikan Suku Bunga BI dengan The Fed!
2. Kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif picu penguatan dolar AS
Editor’s picks
Adapun kenaikan suku bunga acuan AS memperkuat nilai tukar dolar AS. Penguatan nilai tukar dolar AS hampir dirasakan di semua negara.
"Dampak kenaikn Fed Fund Rate yang sangat kuat mendorong dolar AS sangat strong terhadap berbagai mata uang dunia," ucap Perry.
Baca Juga: Rupiah Loyo di Tengah Kenaikan Suku Bunga Acuan BI
3. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS
Perry mengatakan, kondisi itu turut berdampak pada nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
"Tadi saya sampaijkan juga, ini mendorong cash is the king, perilaku investor global, dan ketidkapatsian pasar keuangan global. Itu faktor-faktor yg memberi tekanan terhadap pelemahan nilai tukar pada hampir seluruh mata uang dunia, rupiah tidak terkeculai," ujar dia.
Imbasnya, terjadi arus modal asing yang keluar dari Indonesia. BI mencatat, tekanan arus modal asing masih berlanjut dengan investasi portofolio pada kuartal-IV 2022 (hingga 15 November 2022) yang mencatat net outflows sebesar 300 juta dolar AS.
Meski begitu, Perry memastikan pihaknya terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan berbagai strategi.
"Kami melakukan intervensi baik di spot, DNDF maupun juga penjualan pembelian SBN di pasar sekudner untuk mastikan imbal hasil SBN khususnya jangka pendek tetap menarik, sehingga aliran modal kembali masuk. Memang belum masuk saat ini, karena cash is the king, investor global perilakunya ini," kata Perry.