[PUISI] Selayaknya Manusia

Ini ultimatum, tak sekadar memorandum

Perihal manusia yang sukarela membuang makiannya padaku,
Hingga mengundang kontemplasi kronis berujung bengis
Ini salam kasihku untukmu

Pembelaan apa yang kurang dariku
Penjelasan apa yang tak mengena padamu
Warisan dosa apa yang kau temukan untukku

Kali pertama, kurenungi diri berbuah tangis
Kali kedua, kulerai lisanmu dengan tuli
Kali ketiga, kubantah dengkimu dengan bukti
Kali keempat dan keberapa kali tak sempat membuatmu mampat

Jika kamu manusia, mengapa selalu meneropongi?
Jika pun masih manusia, mengapa setia menggerogoti?
Selayaknya manusia, mengapa tak mengurus diri meski celah tak kalah adi?

Dengan ini kupinta berhenti mengusik meski pelik
Kumohon mencukupkan meski terasa enggan
Selayaknya manusia, ku berlutut untuk yang terakhir
Sebelum ku meminta pada Pemilik Takdir

Baca Juga: [PUISI] Tak Ada Lagi Puisi tentangmu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Alfi Maziyah Churil Ain Photo Verified Writer Alfi Maziyah Churil Ain

Seorang pemula dalam menulis yang ingin terus berkarya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya