TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[PUISI] Sebait Nestapa dari Rahim Kerinduan

Aku berharap kau tak sekadar menjadi pelipur laraku sesaat

ilustrasi seseorang yang sedang kesepian (unsplash/Hailey Kean)

Pekat hitam membentang di langit yang tak lagi membiru
Di bawah atap yang usang, sebait nestapa kulahirkan dari rahim kerinduan
Isak tangis menderu tak keruan
Sedangkan tubuhku mendekam dalam selimut kehampaan

Kapan kau kembali? Mendekapku penuh gairah tanpa saling canggung
Puluhan malam minggu kulewati penuh kelabu tanpamu
Bibit dilema kian bertumbur subur di kepalaku yang lekas tak lagi lapang
Aku berharap hadirmu tak sekadar memadamkan api kebencian yang pernah membara dalam sukmamku
Sebab, kau telah menjadi pelipur laraku dalam lakon kehidupan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Rapal doa tak berhenti kulantunkan dalam sujudku
Pujian kerap kumazmurkan agar kau menjaga ikrar kesetiaan
Meski sekat jarak membentang luas di antara kita yang beda

Baca Juga: [PUISI] Selepas Melayat

Writer

Fransiskus Adryanto Pratama

Sekadar menumpahkan resah dalam aksara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya