[PUISI] Biarkan si Badut Mengeluarkan Amarah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seribu bait dibungkam dari mulutku
Kuucap satu bait yang mengalun jua amarah
Hening dan diam semua manik memaku
Tiada maaf dari mulutku karena sudah gerah
Ah...
Tiada guna mengeluarkan semua serapah
Mereka bertepuk tangan mengira sebuah lelucon
Kuukir garis merah di kedua sudut bibir yang basah
Membiarkan air mata membuatku menjadi kokon
Lebih baik melayang dalam kesendirian
Dianggap tidak bisa mengeluarkan api
Aku dan ketakutanku yang kesepian
Menangis pasrah karena alur gelombang tanpa tepi
Kau tahu rasanya dianggap menjadi lugu
Dianggap baik dan menjadi seorang peri yang baik
Sebuah musibah karena ejekan menjadi lagu
Dan aku menerima dengan tensi darah yang naik
Betapa sulit menjadi yang dianggap baik
Haram hukumnya jika wajahku masam
Sedangkan mereka tak tahu rautku selalu menukik
Ketika mereka mencecarku dengan tajam
Biarlah aku menutupi kekesalan dengan lipstik merah
Laiknya badut di pameran yang tidak pernah marah
Ditertawakan dengan lelucon sampah
Tetapi tetap bersinar meski perasannya tidak berarah
Baca Juga: [PUISI] Kau Sebut Aku Jalang
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.