[PUISI] Detik untuk Menunggu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di pagi yang sunyi, 14 tahun yang lalu
Hari itu, di suatu masa pada bulan April
Suaramu terdengar lirih dengan mata terpejam erat
Badan yang menunduk dalam isyaratkan banyak makna
Berkata sangat pelan, kau bilang sudah menyerah
Dalam sekejap waktu seperti berhenti
Bahkan angin tak berbisik sama sekali
Dengan cemas hati, ku bilang ini pasti mimpi
Mana mungkin kau pergi dan tak ingin kembali?
Hilang selamanya dalam jarak pandang
Jangan-jangan ini hukuman Tuhan padaku
Mematahkan keangkuhanku karena banyak melukaimu
Aku tak melawan, memangnya aku bisa apa?
Ku terima dengan hati lapang, walau rasanya sangat meradang
Diam-diam aku merayu Tuhan
Bila nanti kau terlahir kembali sebagai bintang
Aku akan memohon pada-NYA agar jadi malam
Atau bila nanti kau terlahir sebagai bunga
Aku akan memujamu sebagai embun yang cemerlang
Jika bahkan sampai 100 tahun lagi tidak juga bertemu
Tak masalah kalau menunggu sampai 1000 tahun kemudian
Karena sekalipun kau bersembunyi di balik batu
Sayang, aku pasti akan menemukanmu
Baca Juga: [PUISI] Aksara Jiwa
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.