[PUISI] Meringkuk Dimakan Sepi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Padahal aku hanya diam saja
Duduk sendirian dibawah langit terbuka
Kenapa hari ini semakin gelap dan sunyi saja
Bahkan angin enggan mengepakkan sayapnya
Lalu dimana binatang malam? Apa ikut lenyap ditelan malam?
Kupikir, hari ini akan berbeda
Kupikir, warnanya tak lagi abu-abu atau hitam
Nyatanya, segalanya masih serupa dan sama saja
Aku masih sendiri, hampir mati dimakan sepi
Jangan-jangan, aku dan sepi itu teman sejati
Kau tahu bagaimana rasanya hidup jadi bayangan?
Padahal kau itu nyata, tapi seperti tak terlihat saja
Jadi begitu, senyap dan hening memang teman baikku
Rasanya bisa menenangkan tapi juga membunuhmu pelan-pelan
Sepi itu membentuk lubang, menekan dadamu semakin dalam
Sini, kubisikan apa lagi yang lebih mengerikan selain kehilangan
Dengar baik-baik agar kau bisa paham
Rasanya sangat menyakitkan dan meremukkanmu sampai ke tulang
Adakah yang lebih menakutkan selain hidup dalam sepi?
Ia akan menyekapmu dalam kesendirian selamanya
Sshhh..suara berisik itu cuma fatamorgana
Mau saja terjebak dalam senang yang semu
Pada akhirnya, keramaian itu akan pergi dengan tak tahu malu
Kan sudah kuperingatkan, kau dan sepi itu sahabat sejati
Setidaknya dalam sunyi, jiwamu lepas tanpa ada yang menghakimi
Baca Juga: [PUISI] Kasih Sayang Ibu yang Menenangkan Kalbu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.