[PUISI] Haruskah Aku Mengajaknya Bicara?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aku melihatnya hampir setiap hari
Duduk dengan pena di tangan kirinya, dia adalah seseorang yang kidal
Bulu matanya begitu lentik dan panjang
Alisnya begitu tebal dan indah di mataku
Dia terlihat begitu fokus dengan buku yang ada di hadapannya
Seakan-akan tak ada apa pun di sekelilingnya
Aku ingin sekali tahu apa yang sedang dituliskannya di buku cokelatnya yang tua
Tangan kirinya menari dengan lincah di atas kertas kuningnya
Aku begitu tertarik dengannya
Dia terlihat begitu misterius dan sulit untuk didekati
Aku hanya ingin berkenalan dengannya, lalu berbincang tentang buku yang dibacanya
Jika ternyata aku bisa menjadi temannya, itu adalah keberuntungan bagiku
Aku ingin mendekatinya, namun aku pasti akan mengganggunya
Baiklah, ku urungkan niatku untuk mengajaknya bicara
Di lain sisi, ini adalah perpustakaan, tempat yang penuh ketenangan untuk membaca
Ya, lebih baik aku tak mengganggunya
Aku pun memutuskan untuk pulang
Mengambil barang-barangku di laci penyimpanan
Ketika aku berjalan menuju pintu keluar
Gadis itu muncul di depanku dan tersenyum sembari mengangguk pelan
Oh, Tuhan betapa manisnya dia
Aku pun membalas senyumannya
Ah, dia begitu memesona dan menawan
Kan ku laksanakan niatku tuk berkenalan, siapa tahu keberuntungan ada bersamaku, bukan?
Baca Juga: [PUISI] Cinta dalam Dusta
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.