[PROSA] Syair Pelebur Dendam

Dendamku lenyap menguap entah kemana

Mimpiku terhunus di ujung ruas malam yang rapuh. Jiwaku lantak bersama tubuh yang lepuh dibakar hari-hari. Pada liuk amarah yang buncah belatiku merajah urat sungai yang bermuara pada entah.

Berikan aku penawar api untuk kureguk memusnah nyeri. Agar hilang segumpal perih agar lenyap seujung letih. Akan kurapal mantra hingga tuntas agar seluruh mereka hilang tumpas. Menyisakan darah yang akan ditampung oleh sebuah syair renung yang murung.

Aku menantikanmu di tubir jantungku yang sarat akan dendam. Merindukan buai katamu yang tak pernah kudapati dari lain ruh berbalut tubuh. Pada gelap subuh yang masih enggan luruh seluruh, kudapati engkau serupa bayang-bayang samar.

Menggali liang yang kelak kan pengap dan lindap dilupakan matahari. “Ke sanalah kita akan pulang!” ucapmu sambil menunjuk tanah yang baru kau gali setengah. Dan seketika, dendamku lenyap menguap entah kemana?

Baca Juga: [PROSA] Giliranku Menepi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

El Nandemar Photo Writer El Nandemar

Seorang yang tidak percaya dengan bakat, karena bakat bisa dikalahkan oleh ketekunan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya