[PUISI] Riuh yang Semu

... aku rela jadi gelap, melebur, mengabadi bersamamu

Kau tercenung menatap matahari yang terbenam di ujung pulau
Lebih dari itu, aku terpanah melihat senja yang tenggelam di retina matamu
Saat hari gelap, matahari terlelap
Matamu mengembun menyiratkan ratap

Sesuatu akan meledak di rongga dadamu
Beribu tanya-tanya dalam kepala menyerbu
Kau terdiam, kaku
Lidahmu bergetar, kelu

Ada yang lebih kau benci dari gelap;
Terang yang fana,
Riuh yang semu,
Dan bayang yang perlahan lindap

Kau tergelak dalam buaian gelap
Tak ada yang menyadari matamu sembab
Tak tersentuh pipi basahmu
Kau bebas patah sejadi-jadinya

Kakimu terseok-seok berlari
Bayangmu tertimbun labirin sunyi
Semakin jauh
Semakin tak terjamah

Ada yang lebih kau takuti dari senyap;
Tawa yang palsu,
Bahagia yang terbungkus empedu,
Dan bebas yang terbelenggu

Kau ingin mendekam dalam labirin sunyi itu
Matamu lebih tenang dengan gelap
Ragamu damai dalam senyap
Dibanding harus menyantap riuh yang semu

Jika riuh bagimu semu...
Tak masalah aku memekat menjadi gelap
Yang melebur dalam darahmu
Mengabadi bersamamu

Baca Juga: [PUISI] Puisi yang Belum Selesai

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Fatimah Ridwan Photo Verified Writer Fatimah Ridwan

75% Introvert

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya