[PUISI] Getar Sejarah Pendidikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Buku itu masih tergeletak di meja
Terbuka menanti tangan-tangan yang penuh hasrat menimba ilmu untuk membalik tiap lembar halaman yang penuh aksara
Disampingnya tergeletak pena yang entah kapan terakhir kali mencoretkan tinta untuk menuangkan pikiran dari ilmu yang telah ditempuh
Buku serta pena masih tergolek tak bergerak
Setumpuk buku tulis yang penuh catatan pun masih tertutup rapat menanti mata yang penuh minat untuk membaca berulang pelajaran dari sosok sang pahlawan tanpa tanda jasa.
Ke mana hasratmu menuntut ilmu?
Ke mana candumu akan indahnya aksara yang mampu membuka cakrawala pikir
Tidakkah kau rindu akan perdebatan kita akan sejarah?
Tidakkah kau rindu akan perkalian serta rumus-rumus yang membuat terjaga semalaman?
Ke mana lagi ku mencari lawan dalam mengais secercah ilmu pengetahuan?
Akhirnya aku hanya mampu berbicara pada gedung sekolah yang telah sepi
Aku cuma beradu pandang pada foto sang pendidik yang tertempel pada dinding
Akhirnya aku melirik sang saka merah putih di sudut ruang
Teruslah berkibar tuk membakar semangat kami, anak-anak bangsa d ibawah merah putihmu, harapku
Di bawah para pahlawan yang rela berkorban demi tegaknya merah putih di tanah air Indonesia, batinku
Pandangku beredar pada lembar yang tertempel
Sambil bergumam lirih ku baca berulang aksara yang telah memudar dalam bingkai yang tampak tua
Ing ngarsa sung tulada
Ing madya mangun karsa
Tut Wuri Handayani
Sesaat aku mencari gambar sosok pencetus tiga semboyan luhur itu
Tuhan, terima kasih telah mengirimkan beliau dalam pendidikan kami
Tuhan, terima kasih atas kesabaran serta tajam pikir beliau untuk kami
Terima kasih
Baca Juga: [PUISI] Memikul Malu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.