[PUISI] Puisi Untukku
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aku kembali berkelana dengan alam bawah sadar
Berbicara. Lebih tepatnya bernegosiasi dengan diriku sendiri.
"Ayolah, ungkapkan apa yang kamu rasakan. Jangan biarkan semua rasamu menjadi marah." batinku menasehati
"Mereka tidak mengerti dengan kata-kataku. Mereka memotong pembicaraanku!" Teriakku
"Pilihlah yang bisa membuatmu lepas. Bukankah kamu ingin tenang? Bukankah kamu ingin terbebas dari sesak ini?' Batinku berujar seraya bertanya balik
Lepas
Melepas
Lepaskan
Mana yang akan aku lepas dulu?
Melepas rasa yang mana atau melepas keinginanku?
Lepaskan aku dari rasa yang tidak ku mengerti Tuhan
Aku masih berdialog dengan diriku sendiri
Waktu berjalan dengan semestinya.
Pikiran dan rasaku pun berjalan tak beriringan
Aku menghela nafas. Meredam ingin yang semakin melunjak
Bukankah aku ingin menang dari egoku sendiri?
Bukankah aku ingin berdamai dengan keadaan?
Bukankah aku sedang berusaha mengenal diriku sendiri?
Bukankah....
Bukankah...
Dan bukankah adalah pertanyaan serta keinginan?
Perlahan kupejamkan mata, kudengarkan alur nafasku
Diiringi helaan nafas kusapa rasa sesak ini
"Hai rasa sesak, bisakah kita berhenti di sini? Aku sudah cukup merasa sesak. Maafkan aku tidak bisa lagi menampungmu."
Terima kasih telah mewarnai hari-hariku
Sesaat kuberalih ke rasa marahku
"Amarah oh amarah, ini caramu melindungiku. Maafkan aku belum bisa mengenalkanmu pada sekitar. Aku terlalu sesak mengikuti maumu."
Maafkan aku memendam kalian, maafkan aku berusaha menghilangkan kalian
Maafkan aku belum bisa mengenali rasa yang kalian hadirkan
Terima kasih telah menjadi bagian diriku
Baca Juga: [PUISI] Rona yang Memudar
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.