[PUISI] Sebelum Jadi Arang

Tentang cerita yang kembali pada semulanya

Sendu kini kian terasa,
tatkala semua harus mengucapkan selamat jalan 
Kata itu benar-benar menghancurkan asa,
Bahwa aku masih bisa mendekap tubuh yang tak lagi punya angan

Semarak perpisahan nyatanya tak mampu menutup duka
Semua berkata harus tegar, tapi hati tak bisa mengabulkan 
Ketidaktahuan mereka tentang kamu dan aku membuat mati jadi biasa 
Raga yang masuk tungku itu akan memperjelas bahwa aku kehilangan

Takdir sedang tak memerhatikan perasaanku
Jika saja aku mampu bertanya dan berdebat, 
mungkinkah kini tubuhmu bisa tak jadi kaku?
Mungkinkah kini tubuhmu tak mengobarkan api yang lebat?

Sebelum yang ku cinta sempurna jadi arang,
ini adalah kalimat perpisahan terakhir
Selamat jalan sayang,
jangan suruh aku jadi kuat, karena aku sedang benci terhadap takdir

Baca Juga: [PUISI] Senada dalam Frekuensi Cinta 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laurensius Aldiron Photo Verified Writer Laurensius Aldiron

Seorang pegawai kantoran pada umumnya, yang memilih menulis untuk mengeluarkan opini yang tak bisa disampaikan secara langsung..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya