[PUISI] Sebelum Jadi Arang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sendu kini kian terasa,
tatkala semua harus mengucapkan selamat jalan
Kata itu benar-benar menghancurkan asa,
Bahwa aku masih bisa mendekap tubuh yang tak lagi punya angan
Semarak perpisahan nyatanya tak mampu menutup duka
Semua berkata harus tegar, tapi hati tak bisa mengabulkan
Ketidaktahuan mereka tentang kamu dan aku membuat mati jadi biasa
Raga yang masuk tungku itu akan memperjelas bahwa aku kehilangan
Takdir sedang tak memerhatikan perasaanku
Jika saja aku mampu bertanya dan berdebat,
mungkinkah kini tubuhmu bisa tak jadi kaku?
Mungkinkah kini tubuhmu tak mengobarkan api yang lebat?
Sebelum yang ku cinta sempurna jadi arang,
ini adalah kalimat perpisahan terakhir
Selamat jalan sayang,
jangan suruh aku jadi kuat, karena aku sedang benci terhadap takdir
Baca Juga: [PUISI] Senada dalam Frekuensi Cinta
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.