[PUISI] Yang Baik dan Terinjak

Makin aku berteriak, makin sunyi pula yang kurasa

Di kala ada tertulis, berjaga-jagalah
Nyatanya itu bukan sekadar omongan para pujangga tanah sebelah 
Hembusan nafas terakhir di waktu menjelang kalah
Yang memancarkan sukma, tentang siapa yang salah

Doa mana yang tidak aku amalkan?
Hingga kini berakhir berantakan 
Di waktu seharusnya aku menuai hasil ajaran
Menunggu, jadi pelipur lara sekaligus lambang keikhlasan

Mencoba menjawab dari situasi yang penuh tanya 
Namun, semakin aku berteriak, semakin sunyi pula yang kurasa
Aku tidak boleh marah, dibungkam untuk bisa menyalahkan penyebabnya
Pergi sesekali rupanya malah menjadikan aku dihantui tanya

Baik nyatanya tidak selalu membuatmu di atas
Namun, kalah juga tidak berarti tidak bisa menembus batas
Ketika situasi berganti dan aku terlepas bebas
Keyakinan akan hari kemenangan semakin buas

Baca Juga: [PUISI] Puisi yang Hampir Usai

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laurensius Aldiron Photo Verified Writer Laurensius Aldiron

Seorang pegawai kantoran pada umumnya, yang memilih menulis untuk mengeluarkan opini yang tak bisa disampaikan secara langsung..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya