[PROSA] Jiwa Kita Berharga

Hebat! Peluk diri sendiri, kamu sudah melakukan yang terbaik

Menjadi dewasa itu serba pelik, menuntut kita bisa mengontrol diri sendiri yang terkadang masih suka se-enaknya. Kadang terperosok dalam rasa ketidak percayaan dan masuk dalam lorong sepi, memaki diri atas pengalaman lalu yang tidak sudi untuk dikenang lagi.

Kadang ingin hidup baik dan tenang, kehidupan yang indah seperti dongeng yang ada di serial televisi setiap minggu pagi.

Melihat kehidupan orang lain yang begitu sempurnanya, mendengar orang dan memerhatikan laman media mereka. Berpikir kenapa aku tidak bisa seperti itu, sedang mereka bisa, mengunjungi tempat impian yang sudah jadi rencana masa depan. Lalu terbesit pikiran tentang ketidaksamaan tujuan. Namun teringat lagi kalau kita berusaha  menyamakan diri itu tidak pernah ada habisnya, karena toh setiap manusia punya tujuan masing-masing. Sangat berbeda dan tidak akan sama satu di antara lainnya.

Kadang kita sudah berusaha untuk mencoba melakukan hal yang kita suka tapi akhirnya berhenti di pertengahan jalan. Pikiran sibuk terdistraksi oleh komentar luar yang sebetulnya sangat tidak penting. Tujuan awal menguap jadi terlupakan dan diri lebih fokus dengan pandangan orang terhadap apa yang coba kita usahakan. Padahal, komentar orang lain akan terus berdatangan jika kita sedang merintis, bukan? Kita tidak bisa membuat semua mata suka dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kamu akan lebih tentram jika berjalan dengan yakin, tanpa memperdulikan sudut pandang orang lain. Hidup memang sering berjalan tidak baik baik saja, kan?

Semua kebahagiaan bersumber dari diri sendiri jadi rekatkan genggaman dan usahakan semaksimal mungkin. Perjuangan tidak semulus apa yang kita harapkan. Kadang kita merencanakan sesuatu yang sudah ditakar sedemikian rupa, agar sepadan dan setara tapi tetap saja rencana Tuhan tiada yang tahu. Keputusan Tuhan lebih indah dari rencana yang kita buat.

Gagal atas rencana manusia sudah biasa, sering kita kecewa dan merasa tidak adil kepada Tuhan. Tapi jika kau paham, sebetulnya Tuhan sedang menyelamatkan dari rencana buruk yang mungkin akan terjadi, jika tetap diloloskan menjadi takdir. Tuhan maha pengatur dengan segala kesempurnaan.

Tidak akan mempan sorak sorai orang lain jika kamu tidak mau melakukan itu. Semuanya akan menjadi omong kosong belaka.

Landasi dengan baik segala hal kepada diri sendiri, menyongsong perjalanan yang akan hadir di hari depan. Perjalanan hidup juga tak semulus bayangan semu yang kita impikan tadi malam. Mari siapkan perasaan untuk menerima kabar paling buruk sekalipun. Kita tidak boleh hanya berharap pada kabar baik, tapi kita juga harus siap untuk menelan kabar pahit. Karena manis dan pahit itu satu paket, tidak bisa dihindarkan satu sama lain.

Bersiap-siap hingga kita menemui jalan itu agar tidak terlalu terjerembab dalam lubang kecewa terlalu dalam. Semua akan bermakna jika kita dapat meninjau ulang, apa tujuan dan maksud atas perjalanan yang akan kita lalui.

Pesan untuk jiwa-jiwa yang mengagumkan, jangan pernah menggantungkan harapan kepada orang lain. Jangan mengharap sesuatu dari manusia fana yang hidup sebentar di bumi dan sebetulnya tidak tahu apa-apa. Gantunglah semuanya kepada Tuhanmu, niscaya semesta akan membantu menemukan jalan terbaik atas segala buntu.

Baca Juga: [PROSA] Serendipity

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Mega Ansav Photo Verified Writer Mega Ansav

Waspada dulu, tenang kemudian

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya