[PUISI] Nanar

Aku dan semua pandangan yang aku pikirkan

Ingin diam saja rasanya

Duduk di bawah rimbunnya pohon, sambil termenung

Duduk saja, memandangi apa yang ada di hadapan

Apa bisa digapai? Apa bisa dijalani? Apa bisa dilalui? 

Rasanya berat

Sungguh berat

Entah apa lagi yang harus aku salahkan

Entah siapa lagi yang harus kukorbankan

Entah perasaan mana lagi yang harus kulewatkan begitu saja

Aku bingung entah apa yang kurasakan

Rasanya nanar, pandanganku tentang hari esok

Rasanya hambar, perasaanku tentang hari lusa

Aku sudah berjalan sejauh ini, tapi rasanya tak ada beda

Aku sudah berjuang sekeras ini, tapi hasilnya sama saja

Apa yang aku cari sebenarnya? 

Apa yang aku damba sesungguhnya? 

Aku pun tak tahu

Tak ada yang mengatakan aku harus apa nanti

Tak ada yang membimbingku lagi dari sini

Aku harus mencobanya sendiri

Aku harus bangkit setelah terjatuh lagi

Aku lupa jika kini aku sudah dewasa

Bebanku jauh lebih berat dari sebelumnya

Tembokku terhadap dunia semakin tebal saja

Aku harus merobohkan atau menaikinya

Semua pilihan ada padaku

Nanar rasanya aku saat ini

Tak tahu harus apa, kemana dan dengan siapa

Sudah penuh sesak pikiran dan hatiku

Meledak pun tak ada guna

Meski sulit aku harus bertahan

Aku pun bertahan untuk berbagai alasan

Termasuk untuk diriku sendiri

Baca Juga: [PUISI] Candu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Nelsi Islamiyati Photo Verified Writer Nelsi Islamiyati

Menulis adalah salah satu terapi terbaik saat kita mulai lelah berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Fajar Laksmita

Berita Terkini Lainnya