Bapak yang tak pernah pulang
Di meja makan dan sepiring nasi, segelas kopi,
Juga aneka hidangan menanti
"Barangkali bapak pulang esok hari."
Mereka meletakkan harapan-harapan itu
Pada sepotong paha ayam bumbu kecap
Tapi, sayangnya hari ini bapak belum pulang
Percakapan yang semestinya tercipta
Usai piring-piring menyisakan belulang
Terpendam di sudut kepala
Anak-anak yang semestinya ceria
Usai memakan sepotong paha ayam
Justru berduka dan terluka:
Bapaknya belum pulang meski
Sepotong ayamnya sudah dikerumuni sepi
Mereka menitipkan tabah pada sebuah potret
Keluarga sarapan di pagi hari
Pada ikan pindang dan juga sambal teri
Lalu, pada kotak-kotak tempat roti kering
Dan juga rengginang yang dipajang
Di hari lebaran—mereka berharap
Barangkali bapak melihatnya
Lalu, bergegas pulang
Tapi, sampai lebaran
Berganti generasi ke generasi
Bapak tak pernah pulang
Teori-teori bermunculan
Katanya bapak adalah sebuah misteri
Katanya bapak diculik alien ketika turun ke bumi
Katanya bapak bersembunyi di balik potret
Sebenarnya yang tak pernah dijamah media
Dan mereka (keluarga itu) selalu berbahagia
Ah, bapak
Semua hanya teori
Tak tahu mana yang pasti
Dan yang pasti adalah rindu-rindu
Yang sebenarnya bersemayam
Pada sebuah meja makan yang kesepian
