Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Max Conrad

Wahai, pemilik rasa...
Apa rasanya menjadi engkau?
Mengarungi langkah seringan angin
Melukiskan senyum seteduh senja
Dan berlalu pergi tanpa sudi menoleh

Tahukah engkau, Tuan
Di sini masih ada hati tanpa purna
Memandangi sisa jejak yang tertinggal
Memunguti keping rasa yang berserak
Dan sesekali mendustai rinai yang menetes

Kisah kita telah mengering
Berganti ranting asa yang merapuh
Menanti jatuh usai patah
Merkalang tanah lalu remuk
Menjadi debu yang tersapu angin musim gugur

Debu itu melayang tanpa tahu arah
Memasrah pada hempasan yang menerjang
Tak bisa memilih utara atau selatan
Bahkan barat atau timur
Hingga terhenti di ujung langkahmu, Tuan

Ratusan kata tak mampu gantikan rasa
Meski begitu fasih terjemahkan getir
Yang mengadu pada langit malam
Meminta mega puisikan hasrat
Dari balik gumpalan kelabu bertahta mendung

Inilah syair asing di pusara fana
Dalam ejaan lama berhias tanda tanya
Tentang kisah debu di ujung langkah
Yang menyerah pada hela antari
Yerhempas jatuh dan pasrah...

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorT y a s