Kusematkan harap di balik lipatan malam,
pada janin waktu yang baru menetas di dada.
Namun, tak semua gema menemukan dinding,
tak semua detak ingin bertahan.
Kau, serpih bintang yang tak sempat jatuh,
mengendap diam di lorong-lorong tubuhku.
Tak bersuara, tapi berbentuk.
Tak terlihat, tapi menetap.
Orang bilang aku kehilangan,
padahal aku hanya berubah tempat mencintai.
Bukan di pangkuan,
melainkan di ruang dalam
yang tak dijamah mata dunia.
Ada hari-hari hening
yang terasa seperti engkau sedang lewat,
ringan seperti napas,
nyaring seperti rindu
yang belum punya nama.