Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Sekuntum yang Layu

Default Image IDN

Tepat di perhentian keempat 
Aku menerima sekuntum mawar putih 
Kuterima dengan lapang 
Katanya, itu lambang pembersihan 
Dari segala suntuk pesakitan 

Kucoba untuk mencerna 
Tiap kata demi kata 
Yang terucap dengan membara 
Bahwa setelah ini semua usai 
Hanya ada sekuntum mawar terakhir 

Aku meratapinya tiap hari 
Tanpa sadar hari terus berlari
Dan sekuntum mawar putih itu 
Kini tergeletak lunglai 
Menjadi sekuntum yang layu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us