Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Guntur Riuh

ilustrasi perempuan menutup muka (pexels.com/Daniel Reche)

Jika kamu bertanya suara awan
Jika kamu bertanya suara hujan
Jika kamu bertanya suara jiwa
Maka aku hanya mengenal guntur meriuh

Jangan paksa aku mendengar suara anginnya
Jangan paksa aku mendengar suara hujannya
Jangan paksa aku mendengar perasaan
Aku sudah melakukannya sejak lama

Beranggaplah aku awan malam
Beranggaplah aku genangan hujan
Beranggaplah aku keegoisan
Sebab guntur riuh di telingaku lebih keras

Aku batu dulunya, yang terbesar dan terkuat
Menikmati segala cuaca, segala alam, segala kehidupan
Aku terbesar dan terkuat
Namun hujan yang kudamba berkhianat

Menerobos, kerikil demi kerikil lepas, Guntur menggetarkan
Aku tidak tahu siapa, siapa aku
Guntur membelahku, membelah jiwaku, membelah ragaku
Aku tidah tahu siapa, siapa aku
Hanya memunguti sebagian remah dari jiwaku

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diajeng Sintha
EditorDiajeng Sintha
Follow Us