Di puncak yang kubangun, aku berdiri kuat
Napas kemenangan kurasakan sebagai berkat
Namun satu bisikan saja merobek semua yang kupercaya
Mengusik rasa aman yang kuanggap nyata
Aku jatuh bukan karena tak kuat
Melainkan karena dunia pandai menusuk keyakinan
Sering kali racun datang dari lidah yang kupuja
Dan lebih pahit lagi, aku tumbang oleh suaraku sendiri
Retakku di puncak justru membuka mata
Bahwa tidak semua sorak adalah dukungan
Jatuh membuka siapa yang benar di sisiku
Dan siapa diriku tanpa tepuk tangan
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Jatuh di Titik Tertinggi

ilustrasi berbaring (pexels.com/Maksim Goncharenok)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us