Langkah kuda membelah senja,
menggiring debur ke dalam dada.
Langit oranye menetes di mata,
membilas lelah yang tak bernama.
Pasir merekam jejak berani,
angin mengusap wajah sunyi.
Suara ombak lirih di telinga,
seperti doa yang tak terbaca.
Ia tak mencari pelabuhan,
hanya arah yang menuntun diam.
Kuda dan laut saling mengangguk,
menyimpan rahasia di ruang senyap.
Ada garam di bibirnya,
ada api di langkahnya.
Dan kala laut menyapa langkahnya,
ia tahu—takdir sedang menunggunya.