Ada waktu yang tak ditandai di kalender
Hari di mana kita lupa tertawa jujur
Hari di mana air mata dianggap lemah
Hari di mana “tidak apa-apa” menjadi bahasa tubuh
Aku mencatat tanggal-tanggal kesepian
Dengan tinta yang tak bisa dihapus hujan
Dewasa memaksa kita menjadi peti
Yang hanya membuka jika dunia memberi
Tapi bukankah kita dulu percaya
Bahwa rumah adalah tempat untuk pulang apa adanya?
Kini aku hanya tamu di kamar sendiri
Berkenalan lagi dengan bayangan yang pernah pergi