Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Kidung Perpisahan meski Luka Menyayat Perih

ilustrasi laki-laki sendirian (unsplash.com/Noah Silliman)
Lagi-lagi aku kehilangan gairah saat fajar memendar
Aroma kopi yang menusuk penciuman tak mempan merayu
Tetap saja, badanku tak melunak
Aku memilih betah menyendiri dalam kamar berkabut resah
Pijar mataku berlirih suram laiknya hatiku yang meragu
Sukmaku mengasa dendam meramu segumpal benci
Kian penuh, memancing amarah
Dua bola mataku menatap nanar
Pikiran berkelana di belantara dilema
Tak ada syahdu tentramkan kalbu
Detak nadiku gaduh, tubuh penuh peluh keluh
Semuanya usai, sirna seiring derai air mata di tebing pipiku yang membasah
Hidup serba runyam, luka menyayat perih
Selamat berpisah!!
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
Follow Us