[PUISI] Meringkuk di Samping Perapian

Kala itu, sekujur tubuhku lebam
Noda merah menghiasi baju kusut
Percikan air mata membasahi pipi
Serta kaki tak beralas bergetar hebat
Katamu, akan menjemput di kafe itu
Maka kuturuti semua pesan janjimu
Kumasuki tempat bercat hitam merah
Bernuansa sendu tepat di tepi kota
Kutanya namamu pada orang di sana
Semua menggeleng, seolah itu asing
Aku meringkuk di samping perapian
Jika di kursi, mereka melirik hina
Aku yang begitu lusuh dan kumal
Berjam-jam menunggu janji hadirmu
Tak terasa waktu menunjukkan nol-nol
Dan bara api perapian itu pun padam
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.