Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Perihal Kita yang Belum Tuntas

ilustrasi payung (pixabay.com/Mylene2401)
Pada payungmu yang kelewat biru,
masihku ingat tetesan
air jatuh
mengenai bahuku
dan bahumu.
Kita sama-sama tertawa
sama-sama basah
dan tak ada yang
terlindung dari
tangisan cakrawala.
Namun, berkas-berkas itu
hanya tersimpan dalam
benakku,
bukan lagi memori
untuk diulang kembali
esok dan esok lagi.
Bukankah kata usai
belum hadir di antara kita?
Lantas apa yang menjadi sebab
segala sesuatu burai
menyisakan sembap
dan pertanyaanku
tak ada yang kau jawab.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorMatthew Suharsono
Follow Us