Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Perihal Kota Mati

Ilustrasi perihal kota mati (pexels.com/Filipa Moreira)
Nostalgia pada memoir berabad silam
Membawa kaki menapak mantap
Pada gerbang tua di sudut jalan
Yang tampak usang dan kumuh
Lantas kujajal dengan penuh yakin
Tak ada seorang pun penduduk
Hanya ada rintihan tajam gagak
Serta tusukan samar sepoi angin
Serta diriku sendiri berdiri
Menatap runtuhan bangunan
Tempatku bertumbuh besar
Tertawa dan menangis haru
Lalu berteriak dan berseteru
Ludes habis dilahap petaka
Menyisakan kenangan pahit
Begitulah namanya, kota mati
Bergaris polisi dilarang masuk
Sama seperti diriku yang pergi
Kota itu juga pergi menjauh
Dariku, dari lubuk terdalam hati
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorNabila Inaya
Follow Us