Di gelas kaca, rindu memancar,
Seperti timun suri yang karam di sirup merah,
Dulu jemariku dan jemari ibu bertaut di dapur,
Menakar manis, meracik kenangan.
Sekarang aku di tanah asing,
Menakar sendiri, tapi rasanya lain,
Tak ada tawa yang pecah di sela irisan,
Tak ada tangan ibu yang menakar rasa.
Ramadan di sini tetap berbuka,
Tapi dinginnya es tak serupa,
Ada yang hilang dalam tegukan,
Mungkin kasih sayang yang dulu terselip di setiap tetesnya.
Lekaslah waktu, percepat langkah,
Aku ingin pulang, menepi lelah,
Menyesap es timun suri buatan ibu,
Dan merasakan rumah di setiap teguknya.