Kau terus bertanya,
Kenapa kau selalu diam, Anakku?
Tidakkah kau ingin bersuara walau hanya sebentar?
Kau terus menerka,
Ah, mungkin ia terlalu lelah
Biasanya, ia juga banyak bicara
Tanpa benar-benar paham mengapa,
kau menghakimi dengan suara
Tanpa benar-benar acuh untuk sekadar tanya,
Apa yang membuatmu diam, Anakku?
Hari-hari kulantunkan dengan senyap,
melihat tanpa batas,
mengamat-amati ditemani sepi tak berujung.
Meski aku tahu di sana, jauh di dalam sana,
dalam kepalaku timbul berbagai macam suara,
yang nahasnya,
selalu kulontarkan dalam diam