Aku membaca, mencari istilah yang tepat untuk puisi ini
karena dalam berita cuaca, si penyiar terlalu menggebu
topiknya pembahasan deras rinai saban hari
Seperti itu, padahal semalam aku sama sekali tidak berdoa
meminta ingatan singgah menganggu, basah kuyup
bersama lusuh perkamen sejarah patah hati seseorang
Isinya mudah ditebak, ingatan picisan masa remajaku
cerita batinku retak menabrak dinding, prosesi alamiah
merestuimu pergi berlayar mencari labuan lain
Aku mengantuk, ingin pulas
kemudian kegamangan mendobrak pintu
berkas impian dan ribuan rencana tergeletak
berantakan, sebar di amatan
bibit air mata kemudian ronta dalam kerangkeng
Sebuah larik kuukir pada dinding ruang baca
sederhana saja : “suguhan teh untukmu kujaga tetap hangat”
(Makassar, Oktober 2016)